Media di China menyebut semangka ini sebagai “ranjau darat.”
Semangka yang siap panen di kota Danyang, provinsi Jinagsu, China, dikabarkan “meledak” karena tumbuh terlalu besar dari ukuran semestinya. Diduga, hal ini disebabkan oleh penggunaan obat kimia untuk pertumbuhan tanaman yang tidak benar.
Dilansir dari laman Associated Press, Kamis, 18 Mei 2011, sebanyak 20 petani di kota ini kebingungan saat ribuan semangka yang mereka tanam di lahan seluas 45 hektar semuanya rusak. Media di negara ini menyebut semangka yang meledak dan terbelah sebagai “ranjau darat.”
Diduga, penyebab meledaknya semangka tersebut adalah penggunaan obat kimia perangsang pertumbuhan, forchlorfenuron, yang terlalu berlebihan. Obat ini secara resmi terdaftar dan di perbolehkan di China, di Amerika Serikat obat ini juga biasa digunakan untuk tanaman kiwi dan anggur.
Namun, menurut profesor di universitas Agrikultur Nanjing, Wang Liangju, selain salah dalam penggunaan petani juga menggunakan pestisida ilegal dan pemupukan yang tidak benar. Penggunaan forchlorfenuron, ujarnya, sangat aman namun penggunaannya perlu perhatian khusus.
Wang mengatakan selain terlalu berlebihan, petani di Danyang juga terlambat menggunakan obat kimia ini sehingga semangka terlalu matang dan besar.
“Jika digunakan untuk buah yang masih muda, maka tidak akan ada masalah. Penyebab lainnya adalah jenis semangka. Para petani menanam semangka jenis kulit-tipis sehingga cenderung meledak dan terbelah jika terlalu besar,” ujar Wang.
Ribuan semangka yang meledak tidak dijual oleh para petani dan digunakan untuk pakan babi dan ikan.
Sebelumnya pada Maret tahun lalu, pemerintah China juga menemukan kasus penyalahgunaan bahan penumbuh tanaman. Di kota Sanya dan Wuhan, petugas terpaksa menghancurkan 3,5 ton kacang-kacangan setelah petani kedapatan menggunakan pestisida isocarbophos yang dilarang pemerintah. (eh)