Nominasi Sutradara Film Dokumenter Bersiap untuk Oscar


Pemenang Oscar akan diumumkan kurang dalam satu minggu, termasuk untuk kategori yang tidak terlalu glamor tapi sangat berarti, yaitu film dokumenter terbaik dan film dokumenter pendek terbaik.

Joshua Oppenheimer, kiri sutradara film dokumenter yang mendapat nominasi Oscar, “The Act of Killing”

Tahun ini film dokumenter terbaik termasuk “The Act of Killing,” “Cutie and the Boxer,” “Dirty Wars, “The Square,” dan “20 Feet From Stardom.”

“20 Feet From Stardom” karya Morgan Neville adalah tentang penyanyi backup yang tidak dikenal di balik bintang rock seperti Bruce Springsteen, Sting dan Stevie Wonder.

Bulan lalu, “20 Feet From Stardom” memenangkan 2014 Critics’ Choice Award untuk film dokumenter terbaik, memberikan kesempatan bagus bagi film tersebut untuk memenangkan Oscar.

Tiga dari lima pemenang terakhir di Critics’ Choice juga memenangkan Oscar di tahun yang sama.

Sejak nominasi Oscar diumumkan, Neville mengakui sekarang keadaan sudah lebih tenang.

“Karena pemungutan suara sudah selesai, sekarang kami tinggal bersenang-senang. Saya merasa sudah tidak ada lagi yang bisa kita lakukan. Sekarang adalah masa tenang. Saya pikir semua orang sudah mulai stress menyambut akhir minggu ini tapi malam ini kami bisa bersenang-senang.”

Richard Rowley menyutradarai film nominasi “Dirty Wars,” berdasarkan buku dengan judul yang sama dengan bukunya yang ditulis oleh based Jeremy Scahill, yang melihat dengan kritis keterlibatan militer AS di Timur Tengah.

Beberapa hari menyambut acara penobatan Oscar, Rowley dan Scahill bergurau bahwa mereka ingin mencoba bersenang-senang.

“Kami mampir ke IKEA dan membeli tas besar dan berencana pergi ke semua pesta yang membagi-bagikan hadiah dan mengirimkan barang-barang tersebut ke Afghanistan,” kata Jeremy Scahill. “Kami punya tim yang bagus yang bekerja dengan kami dalam film ini jadi daripada berpindah dari satu pesta ke pesta lainnya kami hanya akan berkumpul dengan teman-teman dan rekan-rekan kami beserta keluarga dan mencoba untuk menikmati saat-saat tersebut tapi kami juga ingin memastikan fokus tetap berada pada orang-orang yang tampil di film kami.”

Joshua Oppenheimer, menyutradari “The Act of Killing,” menyorot masa gelap pembunuhan massal komunis dan etnis China di Indonesia pada tahun 1960an.

Oppenheimer mencoba menjelaskan kenapa ada respons yang berbeda untuk filmnya. Kritikus menyukai atau membencinya.

“Saya pikir semua orang berhak atas pendapat mereka tergantung pengalaman mereka tapi pada dasarnya saya pikir yang sering dilupakan adalah film ini tentang saat ini,” kata Oppenheimer. “Film ini mengekspos rezim pembunuh yang masih berkuasa sampai hari ini. Atau sejarah yang masih belum terpecahkan dan masih digunakan oleh pelaku untuk tetap membuat orang-orang takut dan film ini mengekspos rezim tersebut dan merupakan suatu campur tangan pada rezim tersebut.”

“Cutie and the Boxer” yang disutradarai oleh Zachary Heinzerling juga ikut memperebutkan Oscar, sebuah film dokumenter tentang pernikahan petinju pelukis dari New York, Ushio Shinohara dengan Noriko, mantan murid seninya yang telah berlangsung selama 40 tahun.

Heinzerling bicara tentang bagaimana film dokumenter tersebut diterima dengan baik di Jepang.

“Cukup bagus,” kata Heinzerling. “Pemutaran di Jepang pada bulan Desember menerima sambutan luar biasa dan nominasi untuk film ini mengundang banyak perhatian. Banyak media Jepang menulis tentang film ini. Satu kru film Jepang akan mengikuti Shinoharas di acara Oscar yang saya pikir ide bagus untuk mendokumentasikan acara tersebut. Jadi film ini sangat popular, mereka merupakan patron dan pahlawan bagi para imigran yang tinggal di AS, imigran Jepang, jadi sejauh ini sambutannya fantastik.”

Film dokumenter pendek tahun ini yang masuk nominasi tahun ini adalah “CaveDigger,” “Facing Fear,” “Karma Has No Walls,” dan “The Lady in Number 6: Music Saved My Life.”

Sutradara Malcolm Clarke mengakui ia telah membuat film dokumenter lain tentang Holocaust, tapi setelah bertemu dengan Alice Herz-Sommer yang berusia 107 tahun, ia merasa harus membuat satu film lagi.

“Jadi saya pulang, bicara pada seorang teman dan mengatakan kita harus membuat film ini,” kata Clarke. “Perempuan ini berusia 107 tahun, dia tidak akan hidup selamanya, dan ia menakjubkan. Jadi ia berkeliling, melakukan keajaiban dan kami langsung membuat film ini dan perempuan itu hidup selama tiga tahun. Ia meninggal di suatu pagi di hari Minggu, satu minggu sebelum acara Oscar.”

Herz-Sommer dipercaya sebagai penyintas Holocaust tertua, hidup sampai berusia 110 tahun.

Oscar, dipandu oleh Ellen DeGeneres, akan ditayankan pada 2 Maret jam 7 p.m.

Digg This
Reddit This
Stumble Now!
Buzz This
Vote on DZone
Share on Facebook
Bookmark this on Delicious
Kick It on DotNetKicks.com
Shout it
Share on LinkedIn
Bookmark this on Technorati
Post on Twitter
Google Buzz (aka. Google Reader)

4 thoughts on “Nominasi Sutradara Film Dokumenter Bersiap untuk Oscar

  1. James
    February 28, 2014 at 4:05 am

    bakal ramai protes lagi saja nih, karena dalam film ini terbongkar segala kekejaman pada waktu itu tahun 1965, karena selama ini selalu di Rahasiakan dan Di Tutup-tutupi oleh Pemerintah Indonesia seperti halnya Peristiwa 1998 sampai hari ini Pemerintah Tetap Tidak Berniat Bersedia Mengusutnya. tapi Mata Dunia sama sekali Tidak Buta ataupun Tutup Mata

  2. pengamat
    February 28, 2014 at 4:29 am

    Rezim tahun 1965 sudah tidak ada. Apalagi yang mau diusut ? Jelaskan sekali sutradars joshua seorang hater.

Leave a Reply to pengamat Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *