Konektivitas dengan Angkutan Laut Strategis Tingkatkan Ekonomi Negara
dilaporkan: Setiawan Liu

Operasional kapal Tol Laut bersinergi dengan kapal Perintis, kapal Ternak dan lain sebagainya untuk peningkatan konektivitas wilayah. Kapal juga bisa efisien masuk ke berbagai pelabuhan di kepulauan terluar, terpencil, terdepan (3T) serta pedalaman sepanjang ada kargo in and out. Kapal-kapal tol laut bergerak dinamis untuk menyesuaikan dengan kondisi dermaga agar kargo dapat terangkut. “Resiko usaha perkapalan juga besar. Jangan kita hanya bisa membangun tapi tidak bisa maintain (perawatan), reparasi. Kapal-kapal pemerintah paling tidak beres, tidak efisien. Pemerintah harus tunggu (reparasi) propeller kapal sampai ada anggaran, enam bulan ke depan. Kadang, mereka terbentur dengan birokrasi pengadaan. Kalau kapal-kapal saya, ada kejadian pada propeller, hanya 1-2 hari langsung dikerjakan,” kata pendiri PT Pelayaran Nasional Bahtera Bestari Shipping di Tanjungpinang, Provinsi Kepulauan Riau (Kepri).
Muatan tol laut menggunakan angkutan jalan, angkutan sungai, danau dan penyeberangan dan angkutan udara untuk menjamin bahwa barang yang dibutuhkan masyarakat bisa sampai ke wilayah yang paling terdalam dan terpencil sesuai dengan kondisi alam dan infrastruktur yang tersedia. Kebijakan tol laut menjadi misi pembangunan ekonomi baru yang dilaksanakan pemerintahan Jokowi tahun 2014 s/d 2019. Program dan kebijakan dengan realisasi pembangunan Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat daerah – daerah dan desa dalam kerangka negara kesatuan, meningkatkan produktivitas rakyat dan daya saing di pasar internasional. “Mereka (instansi pemerintah) tentu saja boleh untuk program pengadaan. Tapi beri kemudahan, serahkan (sebagian operasional) kepada swasta. Kapal Pelni, Bahtera Adhiguna (Badan Usaha Milik Negara/BUMN) banyak, tapi tidak sukses (operasionalnya). Kami maintain berbagai kapal di Tanjungpinang di atas lahan seluas 30 hektar, dan beberapa puluh hektar lagi di Batam, semua kapal bisa dikelola efisien. Kapal bisa operasional dengan cepat karena sistem maintenance, reparasi dikerjakan secara profesional,” kata peraih gelar dato’ Wira Dr. (H.C.)

Di tengah kondisi ekonomi yang masih belum stabil akibat pandemi covid, Hengky berharap pemerintah bisa lebih akomodatif. Karena Sejak Desember 2020 sampai sekarang (April 2021), bahkan periode ke depan, permintaan jasa angkutan laut terus meningkat. Tapi usaha galangan kapal seperti PT Bahtera Bahari Shipyard yang dibangun sejak 30 tahun yang lalu juga bukannya tidak ada kendala. Karena harga plat baja, plat besi juga naik. “Tahun 2021, kebutuhan (jasa angkutan kapal) banyak. Pada semester 2021 sampai 2024, sudah ada pesanan (pembuatan kapal) untuk pabrik nikel, alumina, mangan dan lain sebagainya. Industri pengolahan hasil bumi juga butuh tongkang. Jumlah kebutuhan mencapai 250 set per tahun ini,” kata anggota Legiun Veteran Republik Indonesia (LVRI) operasi Dwikora tahun 1964 – 1966.
Selama 30 tahun membangun galangan kapal, lokasinya juga semakin ekspansif. Untuk lokasi galangan yang di Batam, kondisi sekarang dengan kedalaman air mencapai 25 meter. Lokasi existing berada di sebelah timur pulau. Dulunya, lokasi galangan di sebelah barat pulau dengan kondisi air yang dangkal. Secara teknis, lokasi yang dalam lebih baik terutama untuk pembuatan kapal besar, vessel dengan bobot 30.000 GT atau lebih. Seperti pesanan kapal angkut batubara milik crazy rich asal Batu Licin Kalimantan Selatan, Haji Isam (Andi Syamsuddin Arsyad) yang sudah diajukan sejak beberapa bulan yang lalu. “Pak Hadi pesan vessel 30.000 GT. Kami hitung-hitung, (cost) pembuatan bisa lebih mahal dibanding (galangan kapal) luar negeri. Sehingga ada pertimbangan dulu. Kami juga sedang membuat kapal untuk kegiatan rekreasi diving (penyelaman) di Raja Ampat (Papua Barat). Karena banyak divers (penyelam) dari luar negeri yang butuh kapal dengan sistem sewa. (pembuatan kapal) sedang berlangsung dan tidak lama lagi selesai,” kata pemilik nama Tionghoa Kie See Cung (sl/IM).















