Kemenkes Siagakan Laboratorium Khusus untuk Teliti Ebola

Jakarta- Walau kemungkinan terinfeksi sangat kecil tapi pemerintah tetap mewaspadai penularan virus Ebola. Kementrian Kesehatan telah mensiagakan laboratorium khusus untuk memeriksa gejala penyakit mematikan tersebut.

“Indonesia, harus waspada Ebola artinya laboratorium sudah siaga, kalau ada gejala seperti itu langsung diobservasi,” kata Menteri Kesehatan, Nafsiah Mboi di kantor Kemenkes, Senin (4/8/2014).

Kemungkinan warga negara Indonesia untuk tertular virus Ebola sangat kecil. Karena sedikitnya WNI yang berada di Afrika, khususnya di negara yang kasus Ebolanya tinggi seperti Liberia dan Sierra Leone.

“Penerbangan langsung ke sana juga tidak ada,” jelas Menkes.

Namun demikian, pihaknya tetap menyebarkan informasi dalam rangka pencegahan, seperti tentang bagaimana penularannya dan langkah antisipasi pencegahannya.

Istilah penyakit tersebut sebelumnya demam berdarah ebola (Ebola haemorrhagic fever), lalu berubah menjadi penyakit virus ebola (Ebola Virus Disease/EVD), sesuai dengan ICD-10. Sejak pertama muncul, masalah besar penyakit mematikan tersebut terjadi di Afrika.

Penyakit ini adalah salah satu penyakit akibat virus yang paling mematikan. Virus ini pertama kali muncul tahun 1976 ketika wabah ebola demam hemorrhagic di Zaire dan Sudan. Strain ebola yang pecah di Zaire memiliki salah satu tingkat fatalitas kasus tertinggi dari virus patogen manusia, sekitar 90%. Nama virus ini berasal dari lembah sungai ebola di Republik Demokratik Kongo (dulunya Zaire).

Ada 5 spesies virus ebola, yaitu Bundibugyo, Pantai Gading, Reston, Sudan dan Zare. Spesies Bundibugyo, Sudan, dan Zaire adalah spesies yang dikaitkan dalam wabah besar virus ebola di Afrika yang menyebabkan kematian pada 25-90% kasus klinis.

Virus ebola menular melalui kontak langsung dengan darah, cairan tubuh, serta jaringan orang terinfeksi. Virus ebola juga menular pada hewan liar yang terinfeksi sakit atau mati (simpanse, gorila, monyet, antelop hutan, kelelawar buah).