Kekerasan Atas Nama Agama Pengaruh Ideologi Impor


SURABAYA – Kekerasan yang mengatasnamakan Islam seperti pengeboman dan pengrusakan di Indonesia belakangan ini, dikarenakan pengaruh ideologi impor. Hal ini bukan hasil ajaran ulama, kyai, atau tokoh agama

Saifullah Yusuf - Wagub Jakarta Timur

manapun. Para ulama dan kyai Nahdlatul Ulama (NU) melakukan pendekatan kepada kelompok Islam yang memiliki aliran dan ideologi berbeda. Sebab saat ini ditengarai banyak ideologi impor yang sudah merasuki berbagai kelompok Islam.

Hal itu dikemukakan Wakil Gubernur Jatim, Syaifullah Yusuf, di kampus Unair Selasa (19/4) kemarin.Ia menyatakan, Islam adalah agama damai dan anti kekerasan. ”Jika ada kekerasan yang dilakukan atas nama Islam itu akibat pengaruh ideologi impor,” katanya. Para ulama dan kyai Nahdlatul

Lambang NU

Ulama (NU) akan melakukan pendekatan kepada kelompok-kelompok Islam yang memiliki aliran dan ideologi berbeda. Sebab saat ini ditengarai banyak ideologi impor yang sudah merasuki berbagai kelompok Islam.

”Pengurus Besar NU telah membuat keputusan menurunkan para ulama dan kyai NU untuk mendekati kelompok-kelompok yang telah tertular ideologi impor, yang tidak sesuai dengan kepribadian bangsa ini, ujarnya.

Dalam sejarahnya, Islam masuk di Indonesia melalui pendekatan kearifan lokal. Artinya, Islam masuk ke Indonesia menyesuaikan dengan kearifan setempat dan tanpa kekerasan. Karena itu, jika saat ini muncul berbagai kelompok Islam yang justru menjurus pada kekerasan, pihaknya yakin itu merupakan produk ideologi impor.

Menurut dia, saat ini memang sudah banyak di kalangan kita yang tertular idelogi impor tersebut. Karena itu, tugas kita adalah meluruskan kembali mereka, agar menyesuakan dengan apa yang sudah ada sebelumnya.

Gus Ipul

Bahkan, adanya upaya dari kelompok tertentu yang akan menjadikan Indonesia sebagai negara Islam, menurut Gus Ipul merupakan langkah mundur. Sebab dalam sejarah nasional, pada tahun 1915, jauh sebelum Indonesia merdeka, para tokoh agama telah membiarkan masalah bentuk negara Indonesia.

Saat itu, kata dia, perdebatan terjadi antara usulan Indonesia sebagai darul Islam (negara Islam) atau darul salam (negara kesejahteraan). Perdebatan tersebut berlanjut hingga tahun 1930, dimana saat itu kecenderungan bangsa ini adalah menuju darul salam. Akhirnya saat Indonesia benar-benar merdeka, memastikan bahwa bangsa ini berbentuk darul salam, paparnya.

Gus Ipul minta agar kampus-kampus di Jatim tidak hanya memberikan ilmu pada para pemuda dan mahasiswa, tetapi juga memberikan pendidikan ideologi yang konstruktif. Karena itu dialog atau pertemuan antar tokoh agama dan mahasiswa perlu dilakukan untuk menyamakan pemikiran untuk menjaga Jatim agar tetap kondusif. (balipost/IM)

Digg This
Reddit This
Stumble Now!
Buzz This
Vote on DZone
Share on Facebook
Bookmark this on Delicious
Kick It on DotNetKicks.com
Shout it
Share on LinkedIn
Bookmark this on Technorati
Post on Twitter
Google Buzz (aka. Google Reader)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *