Ilmuwan Sampai Lelah Menjelaskan Virus Corona Bukan Diciptakan di Laboratorium


 Isu ini tidak akan hilang begitu saja. Ketika ditanya apakah virus SARS-CoV-2 yang menyebabkan penyakit Covid-19 diciptakan di laboratorium, para ilmuwan sudah mengatakan “tidak”, tapi masalah asal mula virus corona ini rupanya tidak bisa lenyap dengan mudah.

Pembahasan soal ini tampaknya makin ramai setelah intelijen pemerintah Amerika Serikat dilaporkan tengah menyelidiki dari mana sumber pandemi ini dengan menyoroti teori yang menyebut virus ini kemungkinan diciptakan di sebuah laboratorium, meski berbagai bukti menyatakan SARS-CoV-2 bukan buatan manusia.

“Semua bukti sejauh ini menyatakan fakta bahwa virus Covid-19 itu alamiah dan bukan buatan manusia,” kata immunolog Nigel McMillan dari Institut Kesehatan Menzies, Queensland, seperti dilansir laman Science Alert, Senin (20/4).

“Jika Anda ingin merancangnya di sebuah laboratorium, perubahan rangkaian (kode genetik) menjadi tidak masuk akal karena semua bukti sebelumnya mengatakan hal itu bisa membuat virus menjadi lebih berbahaya. Tidak ada sistem di laboratorium yang bisa mengubah rangkaian itu.”

Akhir Maret ada sebuah penelitian yang dipublikasikan di Nature Medicine. Para peneliti sedang menyelidiki data genom SARS-CoV-2, khususnya bagian domain pengikat reseptor (RBD) dari virus itu untuk mengetahui bagaimana virus corona ini bermutasi menjadi lebih mematikan seperti yang sedang kita alami saat ini.

Spekulasi

Hasil dari penelitian itu bisa menentukan bahwa SARS-CoV-2 tidak bisa dimanipulasi secara genetik.

“Dengan membandingkan rangkaian genom yang tersedia dari jenis virus corona yang ada, kita bisa dengan yakin mengatakan SARS-CoV-2 berasal dari proses alamiah,” kata salah seorang peneliti, imunolog dari Scripps Research, Kristian Andersen, kala itu.

“Dua fitur dari virus corona, proses mutasinya pada saat RBD dari mahkota protein dan penyangganya yang cukup jelas, membantah soal manipulasi laboratorium sebagai asal mula SARS-CoV-2.”

Meski sudah jelas virus corona ini tidak diciptakan di lab, namun muncul kekhawatiran virus ini ‘kabur’ dari sebuah fasilitas penelitian, dengan dugaan paling kuat dari Institut Virologi Wuhan (WIV). Namun hal itu masih sebatas spekulasi. Harian the Washington Post belum lama ini melaporkan, pejabat kedutaan AS menyoroti tentang faktor keselamatan di lab WIV pada 2018 dan WIV pada saat itu memang tengah meneliti virus kelelawar–namun hal itu masih jauh dari spekulasi.

“Kerabat dekat yang paling diketahui dari SARS-CoV-2 adalah virus kelelawar yang bernama RaTG13 dan itu disimpan di WIV. Ada spekulasi tak berdasar yang menyebut virus ini adalah asal dari SARS-CoV-2,” jelas Edward Holmes, virolog ahli evolusi dari Universitas Sydney.

“Namun sampel RaTG13 itu diperoleh dari provinsi yang berbeda di China (Yunnan), bukan Hubei, lokasi pertama kali Covid-19 ditemukan dan perbedaan level rangkaian genom antara SARS-CoV-2 dengan RaTG13 itu setara dengan 50 tahun (paling sedikit 20 tahun) untuk proses perubahan evolusi.”

Bermutasi di mana pun

mana pun rev1

Saat ini perlu dipahami bahwa virus corona ini bisa bermutasi secara alamiah di mana pun, baik di inang hewan, manusia, atau bahkan di lingkungan sel laboratorium. Sayangnya, sulit untuk mengetahui di mana dan bagaimana virus itu bisa bermutasi, meski para peneliti berpendapat proses itu melibatkan hewan sebagai inangnya.

Tak hanya itu, para peneliti juga masih menyelidiki proses mutasi yang menyebabkan pandemi ini terjadi sebelum atau setelah SARS-CoV-2 masuk ke tubuh manusia.

WIV yang menjadi pemicu kontroversi ini sudah berulang kali membantah sebagai sumber awal pandemi. Maret klalu kepala peneliti virus kelelawar di WIV, Shi Zhengli, menjelaskan kapan pertama kali dia menerima sampel dari pasien awal Covid-19, dia kemudian segera melakukan penyelidikan di laboratoriumnya dan tidak menemukan kesamaan antara virus di lab yang tengah ditelitinya dengan virus dari pasien Covid-19.

“Itu sangat membebani pikiran saya,” kata dia kepada Scientific American. “Saya tidak tidur sekejap pun sampai berhari-hari.”

Yang disepakati para ahli mengenai pandemi ini adalah kejadian ini bukanlah yang pertama kali. Para ilmuwan sudah bertahun-tahun memperingatkan pemerintah bahwa penyakit baru sudah di ambang mata dan banyak negara yang tidak siap sama sekali.

Contohnya, Direktur Institut Nasional Penyakit Alergi dan Menular AS, Anthony Fauci yang memperingatkan pemerintah AS pada Januari 2017 bahwa sebuah wabah mengejutkan akan tiba dan dia mendesak pemerintah melakukan persiapan.

“Kami sudah mengetahui bahwa akan ada virus corona lain, seperti SARS dan MERS sebelumnya, yang bisa menimbulkan pandemi dan karena itu kemunculan virus corona baru ini dengan potensi pandeminya sudah tidak aneh lagi,” kata epidemolog Hassan Vally dari Universitas La Trobe.

“Kita harus hati-hati untuk tidak membantu mereka yang tidak bertanggung jawab memanfaatkan krisis global ini untuk kepentingan politik dengan cara memberi mereka rumor-rumor semacam ini.”( mDK / im )

Digg This
Reddit This
Stumble Now!
Buzz This
Vote on DZone
Share on Facebook
Bookmark this on Delicious
Kick It on DotNetKicks.com
Shout it
Share on LinkedIn
Bookmark this on Technorati
Post on Twitter
Google Buzz (aka. Google Reader)

2 thoughts on “Ilmuwan Sampai Lelah Menjelaskan Virus Corona Bukan Diciptakan di Laboratorium

  1. Perselingkuhan+Intelek
    April 23, 2020 at 7:43 pm

    penyelidikan dan pembahasan asal mula dari mana Covid-19 belum diketahui secara jelas hingga saat ini, saat ini yang sangat diperlukan itu adalah bagaimana Vaksin Anti Covid-19 itu dapat dengan segera ditemukan agar penangkalnya segera dilakukan agar tidak terus menerus meluas kemana-mana. Jika menunggu hasil penyidikan asal Covid-19 maka akan semakin lambat menemukan Vakisnnya dan bertambahnya korban diseluruh dunia

  2. pengamat
    April 24, 2020 at 9:37 am

    Kalau bukan dari laboraturium, berarti sumbernya memang dari hewan liar seperti kelelawar.

Leave a Reply to pengamat Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *