Gara-gara Berkumis Lebat, Afridi Pernah Diculik Taliban


Bagi sebagian pria memiliki kumis lebat merupakan kebanggaan. Salah seorang yang bangga dengan kumis lebat ini adalah Malik Amir Mohammad Khan Afridi dari Pakistan.

“Saya tak suka merokok atau minum-minum. Inilah pilihan saya dalam hidup. Saya bahkan rela tidak makan, tapi saya tak rela tak berkumis. Ini hidup saya,” kata Afridi soal kumisnya.

“Orang-orang memberi saya penghormatan. Kumis ini adalah identitas saya,” lanjut dia.

Afridi sudah menumbuhkan kumisnya sejak dia berusia 22 tahun. Kini, setiap hari dia butuh 30 menit untuk mengurus kumis lebatnya itu.

Afridi bahkan harus merogoh kocek hingga Rp 1,5 juta per bulan hanya untuk minyak kelapa dan sabun yang digunakannya untuk merawat kumisnya.

Namun, kebanggaan Afridi dengan kumisnya akhirnya menyeret dia ke dalam bahaya.

Pada 2009 kelompok militan Lashkar-e-Islam yang menguasai distrik Khyber di dekat perbatasan Afganistan merasa terganggu dengan kumis Afridi.

Apalagi kelompok itu tengah berupaya membuat peraturan bahwa semua pria harus mencukur kumis dan janggutnya hingga bersih.

Tak hanya soal kumis, Afridi juga menolak membayar uang keamanan 500 dollar atau sekitar Rp 5 juta per bulan. Akibatnya, sejumlah anggota Lashkar-e-Islam kemudian menculiknya.

Afridi mengenang, dia kemudian dibawa ke sebuah goa dan ditahan hingga sebulan lamanya. Para penculiknya mengatakan akan membebaskan Afridi jika dia mencukur kumisnya.

“Saya khawatir mereka akan membunuh saya, maka saya akhirnya terpaksa mencukur kumis saya,” kenangnya.

Setelah dibebaskan, Afridi memilih memboyong keluarganya ke kota Peshawar yang relatif aman. Namun, pada 2012, Afridi kembali mendapat ancaman pembunuhan, lagi-lagi karena kumisnya.

Akhirnya dia memilih meninggalkan kawasan barat laut Pakistan yang dikuasai Taliban itu. Dia lalu pindah ke kota Faisalabad, di Punjab.

Afridi bekerja di kota itu dan pulang ke Peshawar sekali atau dua kali dalam sebulan.

“Selama bulan Ramadhan saya ada di Peshawar, namun lebih banyak tinggal di rumah. Saya katakan kepada kerabat, jika ingin bertemu sebaiknya mereka pergi ke Faisalabad,” ujarnya.

“Tak jarang, keluarga meminta saya memangkas kumis. Tapi saya sudah berjanji tak akan pernah mencukur kumis saya lagi,” kata dia.

Kini Afridi berharap, kumisnya bisa menjadi tiket bagi dia dan keluarganya meninggalkan Pakistan dan hidup di tempat yang lebih aman.

“Saya ingin hidup tenang, maka saya ingin meninggalkan Pakistan,” kata dia.

“Pilihan pertama saya, jika pindah dari Pakistan, adalah sesama negara Islam seperti Dubai,” lanjut dia.

“Namun tak masalah jika saya nantinya harus tinggal di AS, Kanada, atau Inggris,” pungkas Afridi.

Digg This
Reddit This
Stumble Now!
Buzz This
Vote on DZone
Share on Facebook
Bookmark this on Delicious
Kick It on DotNetKicks.com
Shout it
Share on LinkedIn
Bookmark this on Technorati
Post on Twitter
Google Buzz (aka. Google Reader)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *