Daya Beli, Kebutuhan Energi Tiongkok Dorong Counterpart Alihkan USD ke RMB


Tiongkok mendapatkan sebagian besar sumber bahan baku dari negara lain, termasuk kebutuhan energinya dari Indonesia. Seperti kondisi sekarang, ketika Tiongkok mengalihkan impor batubara dari Indonesia ke negara lain. Akibatnya, harga batubara sempat anjlok di pasar dunia. “Ini menunjukan bahwa ada purchasing power Tiongkok yang besar.” Selain itu, daya beli orang Tiongkok terhadap produk Eropah juga semakin meningkat. Beberapa branded products seperti Louis Vuitton (LV), Hermes, dan lain sebagainya dari Eropah sudah menyasar konsumen Tiongkok. Sekitar 10 tahun yang lalu, exchange rate 1 RMB terhadap Rp (Rupiah) sekitar 900 poin. Hongkong Dolar terhadap Rp, 1.100 poin. Kondisinya sekarang terbalik, nilai tukar RMB melebihi Hongkong Dolar. “Sekarang nilai tukar Hongkong Dolar sekitar Rp 1.500 poin, tetapi Rupiah terhadap Renminbi sudah pada level1.900 poin,” Mutiara Asmara, Head of Global Trade and Receivables Finance HSBC Indonesia mengatakan kepada Redaksi.
Nilai perdagangan Tiongkok di dunia mencapai sekitar 4 triliun USD. Porsi Indonesia dalam konteks perdagangan bilateral baik impor maupun ekspor, diperkirakan mencapai 80 milyar USD. Sektor industri yang terkena pengaruh langsung antara lain baja, suku cadang (otomotif), garmen, kimia. Empat komoditas tersebut yang dianggap potensial bagi pebisnis kedua negara. Ketika perdagangan dunia terus mengarah ke Tiongkok, mau tidak mau, pebisnis Indonesia harus siap. Satu saat, ketika RMB sudah diterapkan,counterpart akan mengalihkan USD (Dolar Amerika) pada RMB. “Ketika counterpartpebisnis Indonesia mengatakan ‘kami tidak terima US Dolar, tapi Renminbi’, dampaknya pada hubungan, kelanjutan bisnis perdagangan. Sehingga kesiapan (pebisnis Indonesia) harus tahu regulasi, dokumentasi RMB. Sebagian (prosesnya) jelimet, tapi kita tidak punya pilihan.”
Counterpart bisa saja mengharuskan pebisnis Indonesia buka LC (letter of credit) dengan RMB. Ekspor Indonesia sekarang ini masih didominasi oleh CPO (kelapa sawit)¸rubber, batubara. Logika umum, Tiongkok masih merupakan negara dengan populasi terbesar di dunia. Dengan tingkat kepadatan 1,4 milyar penduduk, potensi pasar sangat besar. Tetapi ketika ada deadlock bagi pebisnis Indonesia terhadap penggunaan RMB, mereka bisa saja beralih ke negara lain misalkan Thailand. “Misalkan pebisnis Indonesia tetap bersikeras menolak (penggunaan) Renminbi, mereka bisa saja transaksi di negara lain misalkan Thailand dengan US Dolar. Kalau dia khawatir, nanti ada ketergantungan dengan Renminbi, dan masih dianggap kurang convenient, dia bisa cari counterpart  di negara lain yang masih menggunakan US Dolar.”
Penerapan penggunaan RMB tahun 2015 mendatang, komponen yang langsung terkena dampaknya, yakni penggunaan LC. Survei RMB Internationalisation Studymengidentifikasi 11 negara yang sudah menggunakan RMB. Tiga negara/kekuatan ekonomi, yakni Taiwan, Hongkong/Macau dan Tiongkok sendiri yang masih mendominasi penggunaan RMB. Sementara di benua Eropah, yakni Perancis, Jerman, Inggris dan Dubai. Selain itu, Australia dan Singapura, kendatipun mereka punya mata uang sendiri, tetapi sudah mulai menggunakan RMB secara masif. “Di Malaysia belum ada, masih kalah dengan Indonesia. Kita sudah lebih cepat dari Malaysia, walaupun masih kecil. Saya, sebagai head (global trade and receivables finance) merasa belum tepat waktunya menyebutkan nilainya. Tetapi terus mengedukasi, sharing informationkepada nasabah terkait penggunaan RMB. Sudah ada beberapa produk perbankan yang menggunakan RMB, tapi nilainya masih kecil. Bahkan untuk produk deposito, belum ada bunganya.”
Masih minimnya penggunaan RMB oleh pebisnis Indonesia, antara lain sikap ‘wait and see’. Karakter pebisnis Indonesia masih berkutat pada ‘wait and see’. Mereka tidak berani ambil resiko, termasuk berbisnis dengan Tiongkok menggunakan RMB. Banyak pertanyaan yang muncul dalam benak pikiran pebisnis Indonesia terkait RMB. “Mereka sering berpikir ‘besok, saya mau jual RMB, bisa kah?. Apakah rate nya competitive.’Sehngga sering ada keraguan. Tetapi kembali lagi ke hasil survei, bahwa ke depannya, tren penggunaan Renminbi meningkat.”
Dua pertiga dari bebagai perusahaan di Tiongkok dan Hongkong melihat keuntungan berbisnis dengan RMB. Awareness dari setiap pebisnis di masing-masing negara, terutama yang disurvei, berbeda. Sebagian dari responden di Singapura, hasil survei menunjukan 44 persen masih menggunakan USD. 42 persen masih menggunakan Pound Sterling. Tetapi sebagian besar mengaku, bahwa potensi ke depan dengan RMB tidak diragukan lagi. Hasil survei terhadap perusahaan di Singapura tersebut ‘beda tipis’ dengan hasil survei di Kanada dan Jerman. Lebih dari setengah bisnis di UAE (Dubai) menyatakan hal yang sama. Survei menujukan, setengah dari responden di UAE melihat keuntungan dari penggunaan RMB. Tetapi Perancis dan Australia, hanya sekitar 46 persen responden yakin ada keuntungan dari RMB.
Digg This
Reddit This
Stumble Now!
Buzz This
Vote on DZone
Share on Facebook
Bookmark this on Delicious
Kick It on DotNetKicks.com
Shout it
Share on LinkedIn
Bookmark this on Technorati
Post on Twitter
Google Buzz (aka. Google Reader)

4 thoughts on “Daya Beli, Kebutuhan Energi Tiongkok Dorong Counterpart Alihkan USD ke RMB

  1. james
    July 18, 2014 at 6:33 am

    lambat laun namun pasti bahwa suatu hari RMB akan menggantikan USD secara Total, sudah diprediksi sebelumnya, maka Amerika saja sudah selalu mendekati ke China dalam segala Bidang, kalau Indonesia mau tetap Maju dalam Bisnis Dunia, ya mau gak mau Harus dan Wajib menggunakan RMB sebelum Terlambat, karena Perekonomian China akan menDominasi Dunia !!!

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *