BERTOBATLAH!


Hidup memang tidak mudah. Tantangan dan masalah siap menghadang laju kehidupan seseorang. Hal ini terjadi bukan hanya pada masalah karier seseorang, tetapi juga masalah ekonomi dan keuangan. Setiap orang dituntut untuk bekerja keras kapan dan di mana saja. Bagi orang yang berpikir positif, dia akan berjuang untuk mengatasi setiap tantangan dan masalah yang ada. Kesulitan apa pun tidak akan menghalangi langkahnya. Tetapi, bagi orang yang berpikir negative, dia akan menyerah atau mencari jalan pintas apalagi di masa krisis global ini. Salah satu jalan pintas yang sering diberitakan di media massa adalah salah satunya dengan cara menjual diri, seperti kisah di bawah ini.

Pelacur

Seorang gadis, sebut saja nemanya Dina, rela menjual dirinya untuk menikmati kehidupan yang lebih baik. Dina adalah gadis kampung yang cantik, tetapi sayang dia bukan tipe orang yang mau berjuang secara positif. Dengan mengandalkan parasnya yang cantik, Dina menjadi seorang “wanita panggilan”. Dina mulai menekuni profesi ini sejak tahun 2003, jaitu sejak usianya masih 17 tahun. Karena iming-iming uang yang cukup banyak, Dina tak ragu melangkah ke “dunia hitam” tersebut. Tidak tanggung-tanggung, yang sering menjadi teman kencannya adalah para pejabat. Bahkan, Dina pernah menjadi “wanita simpanan” seorang pejabat tinggi. Uang pun mengalir dengan lancar ke “pundit-pundi” yang sengaja disiapkan untuk hal itu. Bukan hanya uang, mobil sedan Timor pun mendatanginya tanpa harus bersusah-susah. Keadaan yang menyenangkan inilah yang membuat Dina betah berprofesi sebagai wanita penjual diri.

Seseorang sempat bertanya, “Sampai kapan kamu akan bekerja seperti ini

Pelacur

?” Dengan enteng Dina menjawab, “Saya punya target berubah pada usia 30 tahun. Sekarang mengumpulkan modal dulu. Ingin buka usaha sendiri.” Sebenarnya pertanyaan orang ini bisa dianggap sebagai sebuah nasehat, tetapi Dina tidak mau peduli. Sungguh menyedihkan, untuk bertobat saja harus menunggu 7 tahun lagi. Apa yang dilakukan Dina hanyalah salah satu respons negative dari kesulitan hidup. Respons negative lain yang tidak kalah berdosanya adalah korupsi.

Dibunuh di hutan

Karena sudah merasa nyaman, maka seseorang tidak mau berusaha melepaskan diri dari dosa itu. Respons yang lain lagi bisa berupa tindak kejahatan, seperti mencuri, merampok, membunuh maupun menculik. Seringkali ketika tertangkap seorang pencuri berkata, “Kami butuh makan, Pak. Anak kami butuh biaya sekolah. Mau kerja tidak ada lowongan.

Ada sebuah kisah lagi mengenai, tiga orang pemuda yang sudah beberapa kali melakukan perampokan yang menurut mereka hasilnya belum memuaskan. Ini kali mereka melakukan lagi perampokan dan berhasil merampok sebuah toko perhiasan dan membawa sejumlah besar uang yang tersimpan di dalam brankas toko tersebut. Untuk menghilangkan jejak dari pihak yang berwajib, mereka bersembunyi ke hutan. Mereka sepakat untuk segera membagi hasil rampokan itu secara adil dan merata. Namun sebelum membagi, karena persediaan makanan habis, maka salah satu dari mereka harus pergi ke kota guna membeli semua kebutuhan mereka untuk beberapa waktu lagi. Setelah salah satu pergi berbelanja, seorang dari perampok yang bersembunyi di hutan berkata, “Seandainya harta ini kita bagi berdua saja, tentu bagian yang kita dapatkan akan lebih banyak.”

Setelah berdikusi, akhirnya kedua perampok itu sepakat untuk menghabisi

Nasi yang sudah dibumbuhi racun

nyawa rekan mereka yang sedang berbelanja ketika kembali nanti. Sementara itu si perampok yang pergi berbelanja sedang bergumul dengan ide jahat yang bermain di benaknya. “Seandainya semua harta hasil rampokan itu kumiliki sendiri, aku akan sangat kaya. Kalau begitu aku akan pulang dengan membawa makanan yang enak untuk kedua temanku itu, tetapi aku akan membubuhkan racun di makanan mereka,” itulah ide jahat yang ada di pikirannya.

Si perampok yang pergi berbelanja pulang dengan hati yang bulat untuk menghabisi nyawa kedua temannya. Ia pulang dengan membawa bekal makanan yang cukup banyak supaya kedua temannya tidak curiga. Kemudian dengan tenang ia berjalan masuk ke hutan. Setelah beberapa saat masuk ke dalam hutan, tiba-tiba seseorang memukul kepalanya dengan sangat keras, dan seketika perampok itu terjatuh dan menghembuskan nafasnya yang terakhir. Lalu, kedua perampok itu menguburkan mayat rekannya itu, baru kemudian menikmati makanan dan minuman yang dibawa oleh rekan yang telah mereka bunuh.

Beberapa saat setelah makan, mereka berdua jatuh dan tak sadarkan diri untuk selamanya. Sesungguhnya siapa menabur angin pasti akan menuai badai. Jika kita merancang suatu kejahatan terhadap sesama, maka bersiaplah untuk menerima konsekuensi sebesar atau bahkan lebih besar dari rancangan jahat yang kita buat. Juga apa pun alasannya, respons negative dari sebuah kesulitan tidak dibenarkan, baik oleh hukum maupun oleh Tuhan. Untuk itu, jika kita masih merespons sesuatu acara negative sehingga menimbulkan perbuatan-perbuatan dosa, BERTOBATLAH !! Jangan menunggu hari esok atau lusa, karena kita tidak tahu kapan kita akan meninggal. Di samping itu, tidak ada ruginya jika kita bertobat malah menguntungkan, sebab kita dapat tertolong dari segala malapetaka. Terakhir kata, “Menunggu hari esok untuk bertobat adalah kebodohan, sebab tak seorang pun yang tahu kapan ajal menjemput.”(IM)

 

Digg This
Reddit This
Stumble Now!
Buzz This
Vote on DZone
Share on Facebook
Bookmark this on Delicious
Kick It on DotNetKicks.com
Shout it
Share on LinkedIn
Bookmark this on Technorati
Post on Twitter
Google Buzz (aka. Google Reader)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *