Tertangkapnya MDS (19), salah satu anggota kelompok perampok dan pemerkosa R, di Terminal Siantar, Tapanuli Utara, Medan, Selasa (27/12) sore, membuka tabir jaringan kejahatan di Kota Jakarta dan sekitarnya. Mereka semua masih berusia belia.
YBR (19), DR (19), dan MDS (19) adalah kelompok baru yang dipimpin YBR. Kemudian MDS (19) tergabung juga dalam kelompok C dan R yang dibekuk sebelum MDS. Antara kelompok YBR dan beberapa kelompok kejahatan di Jakarta saling mengenal.
“MDS punya kelompok lain. Anggotanya C dan R. Anggota kelompok MDS juga diduga pecahan kelompok kejahatan lainnya di Jakarta. Kami masih mendalami keterkaitan mereka dengan kelompok lainnya. Namun yang pasti mereka saling mengenal dengan kelompok kejahatan lainnya di Jakarta,” kata Kapolresta Depok, Kombes Mulyadi Kaharni di Polresta Depok, Rabu (28/12).
Mulyadi menjelaskan, kelompok MDS sendiri dalam melakukan tindak kejahatan berbeda dengan kelompok baru yang dipimpin YBR. Kelompok MDS merampok dan melukai korbannya, sedangkan kelompok YBR merampok,memperkosa, dan membunuh korbannya.
“Untuk pengungkapan itu merupakan kewenangan Polda Metro Jaya karena melingkupi banyak wilayah. Kami hanya fokus kepada pelaku perampokan dan pemerkosaan R. Dengan ditangkapnya MDS berarti lengkap sudah pelakunya,” ujarnya.
Lebih lanjut Mulyadi menjelaskan, umumnya kelompok kejahatan itu berusia muda karena adanya kesalahan dalam pembinaan anak muda. Terlebih YBR (19) yang sudah mengenyam di lembaga pemasyarakat anak di Tangerang.
“Mereka ini sekolah, tapi tidak sampai perguruan tinggi. Ini ada apa dengan pembinaan anak muda kita,” imbuhnya.
Sementara itu, pengamat sosial dan budaya Universitas Indonesia, Devi Rahmawati menyatakan bahwa anak muda terlibat tindakan kejahatan bukanlah fenomena baru. Ini terjadi akibat adanya depresi ekonomi di Indonesia sehingga menimbulkan banyaknya masyarakat miskin.
Dampaknya, orangtua melibatkan anak dalam mencari nafkah. Namun anak-anak itu kesulitan mencari pekerjaan, sedangkan dorongan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya tinggi. Karena itu mereka melakukan tindakan kejahatan.
“Tren anak usia belia terlibat kejahatan saat ini intensitasnya tinggi. Selain karena sulit memenuhi kebutuhan dasarnya, mereka pun sulit memenuhi kebutuhan ekonomi keluarganya, sehingga melakukan tindak kejahatan,” paparnya. Devie menambah bahwa intinya fenomena itu umumnya terjadi pada masyarakat miskin sehingga terjadi eksploitasi anak dalam pemenuhan kebutuhan hidup keluarga.
Pacar sakit
Informasi yang dihimpun Warta Kota,YA (18), pacar YBR yang merupakan mahasiswi perguruan tinggi swasta di Jakarta Timur terkena kanker payudara. Ia harus menjalani pemeriksaan di sebuah rumah sakit.
“Tim dokter sudah periksa. Dia sakit. Ada rekaman medicnya dan yang berhak menyampaikan dia sakit apa adalah tim dokter. Saudara perempuannya sudah dua kali mengunjungi YA dan terus memberikan dorongan moril,” tutur Mulyadi.
Setelah ditangkap YA depresi dan tidak mau makan. Menurut Dikatakan Mulyadi, YA merupakan korban dari tindakan kejahatan YBR. “Dia tidak ada niatan untuk melakukan kejahatan. Ketika itu dia akan pulang ke rumahnya di Bekasi dan YBR menjemput di tempat kosnya di Jakarta Timur,” tutur Mulyadi.
Saat di dalam angkot YA yang dalam keadaan sakit diancam oleh DR (19) untuk tidak menyaksikan perbuatan YBR dan MDS. Selain itu, YA juga diancam oleh YBR agar YA kabur bersama.