Babak Baru Normalisasi Hubungan AS-Kuba


Banyak pihak mendukung upaya ini, namun tak sedikit yang menentang.

Hanya beberapa bulan setelah diangkat menjadi Perdana Menteri Kuba, pada 1959, Fidel Castro berkunjung ke Washington, April. Dia menaruh karangan bunga di monumen peringatan Abraham Lincoln dan Thomas Jefferson.

Dia juga difoto sedang melihat dengan kagum, kedua mantan Presiden Amerika Serikat (AS) itu. Tapi hubungan AS-Kuba menemui bukit terjal setelah itu, dengan upaya invasi AS yang gagal, krisis nuklir dan embargo yang diberlakukan AS.

Berbagai usaha dilakukan AS dengan mengisolasi Kuba. Tapi 10 presiden AS tidak berhasil menumbangkan Fidel Castro, yang kini telah digantikan oleh adiknya, Raul Castro. Hingga Barack Obama mengumumkan saatnya perubahan.

“Kita tidak dapat terus melakukan hal yang sama, dan berharap hasil yang berbeda,” kata presiden kulit hitam pertama AS itu, Rabu, 17 Desember, saat dia mengumumkan rencana menormalisasi hubungan kedua negara.

Pembicaraan rahasia selama 18 bulan yang difasilitasi Vatikan dan Kanada, akhirnya dapat mengakhiri permusuhan yang berlangsung selama lebih dari 50 tahun. Obama dan Raul Castro melalui telepon, menyepakati pertukaran tahanan, yang menandai dimulainya babak baru.

Kedua pemimpin mengumumkan secara simultan di televisi, rencana pembukaan kedutaan, perdagangan, penggunaan kartu kredit dan debit AS, meningkatkan jumlah uang yang dapat dikirim pada warga Kuba, dan membuka ekspor perangkat serta jasa telekomunikasi.

Pencabutan embargo AS akan membutuhkan persetujuan kongres, namun Obama mengatakan dirinya akan mencari persetujuan itu, walau akan menghadapi penentangan. Obama menyebut kesepakatan telah memungkinkan pembebasan Alan Gross, warga AS yang dipenjara sejak liima tahun lalu.

Kuba juga membebaskan intelijen yang melakukan kegiatan mata-mata untuk AS, dan telah dipenjara hingga hampir 20 tahun. Sebaliknya AS membebaskan tiga intlijen Kuba yang divonis penjara seumur hidup di AS.

Menurut jajak pendapat yang dilakukan Reuters, sebagian besar warga AS terbuka untuk perbaikan hubungan dengan Kuba. Politisi AS juga semakin banyak yang mendukung normalisasi hubungan, terutama dari kubu Demokrat.

Sebelum Castro

Kuba dan AS memiliki sejarah hubungan yang sangat dekat, sejak perang kemerdekaan Kuba dari Spanyol. Saat Tomas Estrada Palma dikirim ke Washington, sebagai diplomat pemerintahan revolusi Kuba, dia sukses membuat Kongres AS meloloskan resolusi bersama.

Resolusi itu merupakan salah satu faktor, yang berujung pada deklarasi perang AS pada Spanyol, pada 1898, menuntut Kuba dibebaskan dari pemerintahan kolonial Spanyol. Perang dimenangkan oleh AS, dan Kuba menjadi negara independen pada 1902.

Palma terpilih menjadi presiden pertama Kuba dalam pemilu. Pasukan AS kemudian meninggalkan Kuba, setelah negara baru itu menandatangani Amandemen Platt, serta perjanjian untuk mengurangi pajak atas produk AS.

Amandemen Platt mengatur bahwa Kuba berada di bawah perlindungan AS, yang dengan begitu memberikan AS hak untuk melakukan intervensi dalam persoalan Kuba. Pada 16 Februari 1903, Palma menandatangani Perjanjian Kuba-Amerika.

Perjanjian itu mengatur pelepasan wilayah Teluk Guantanamo pada AS, yang digunakan sebagai pangkalan angkatan laut AS hingga saat ini. Palma kembali terpilih pada 1905, tapi terjadi pertentangan dengan kubu Liberal yang menuduh adanya kecurangan pemilu.

Palma kemudian meminta AS melakukan intervensi. Pada 1906, AS melakukan pendudukan keduanya di Kuba, dan mendirikan pemerintahan pendudukan antara 1906-1909. Jose Miguel Gomez kemudian memenangkan pemilu yang diawasi AS, pada 1909.

Dia mendapat dukungan kuat, dan dilihat sebagai presiden yang baik hati di mata rakyat. Terjadi skandal korupsi politik di masa pemerintahannya, yang melibatkan pejabat pemerintahan. Namun Gomez tetap mendapat dukungan dari rakyat.

Dia bahkan diyakini tetap akan menang pada pemilu 1920, jika pemilu dilaksanakan dengan adil dan jujur. Gomez kemudian meminta AS melakukan intervensi, namun Kongres AS menolak, dan membiarkan kecurangan dalam pemilu.

Alfredo Zayas hanya memimpin satu periode, dan digantikan oleh Gerardo Machado yang berkuasa antara 1925-1933, kemudian digulingkan melalui kudeta oleh Fulgencio Batista. AS mengabaikan haknya untuk melakukan intervensi, dan membiarkan Batista berkuasa.

Pada 1953, Fidel Castro memimpin pemberontakan yang gagal. Dia kemudian pergi ke Meksiko, di mana dia bertemu dengan Ernesto Guevara. Castro kembali ke Kuba dan memimpin gerilya bersama Guevara, pada 1956.

Castro memimpin 9.000 gerilyawan menyerbu Havana, pada 1959, membuat Batista melarikan diri. Castro kemudian menjadi Perdana Menteri. Pada April 1959, Castro bertemu Wakil Presiden AS Richard Nixon pada kunjungan tidak resmi ke Washington.

Nixon kemudian menulis, bahwa AS tidak punya pilihan selain coba “mengarahkan” pemimpin sayap kiri dalam “arah yang benar.”

Castro Berkuasa

Setahun berkuasa, Castro kemudian mengecam apa yang disebutnya imperialisme Yankee, dan menasionalisasi semua perusahaan asing tanpa memberikan kompensasi. AS segera memutus hubungan diplomatik dengan Havana, serta menjatuhkan embargo perdagangan.

Castro kemudian merintis hubungan dengan Uni Soviet. Berbagai upaya dilakukan AS, diantaranya dengan mendukung Invasi Teluk Babi oleh para pelarian Kuba, pada 1961, sebagai satu dari delapan usaha AS untuk menggulingkan Castro sepanjang 1960an.

CIA juga membuat rencana pembunuhan Castro, sebagai bagian dari Operasi Luwak. Setidaknya ada lima rencana untuk membunuh Castro, antara 1961-1963, tapi tidak ada yang berhasil. Pada 1962 krisis rudal Kuba dimulai.

Khawatir dengan invasi AS berikutnya, Castro setuju pada tawaran Soviet untuk menempatkan rudal nuklirnya di Kuba. Perang nuklir tidak terjadi, setelah Soviet sepakat memindahkan rudalnya dari Kuba, sebagai bagian dari penarikan rudal nuklir AS dari Turki.

Pada 1980 di bawah pemerintahan Presiden Carter, AS mengatakan warga Kuba yang ingin lari dari negaranya akan disambut. Castro tidak mempermasalahkan provokasi itu, sebaliknya mencabut larangan dan membiarkan 125.000 orang Kuba lari ke AS.

Tapi sebagian dari pelarian itu, adalah para tahanan yang sengaja dibebaskan Castro dari penjara dan rumah sakit jiwa. Membiarkan AS menangani persoalan baru dengan ratusan ribu pelarian dari Kuba itu.

Tapi pada 1994, Kuba berbaik hati dengan menandatangani perjanjian dengan AS untuk menahan eksodus pengungsi, tapi AS setuju untuk menerima 20.000 pengungsi Kuba setiap tahunnya. Embargo AS sukses membuat Kuba menjadi negara miskin dan terisolasi.

AS memperketat embargonya dengan serangkaian langkah lain, pada 1980an dan 1990an. Tapi pendekatan berbeda diterapkan pada 1999, saat Bill Clinton menjabat presiden. Dia melonggarkan larangan perjalanan dan mendorong pertukaran kebudayaan.

Generasi tua Kuba yang melarikan diri ke AS, selama masa awal kekuasaan Castro, telah menjadi penyokong utama embargo. Tapi embargo tidak pernah menyebabkan ancaman serius bagi Castro, dari dalam Kuba. Dukungan rakyat Kuba justru semakin kuat.

Seiring berjalannya waktu, generasi muda telah menyimpulkan bahwa kebijakan lama tidak berguna. Generasi baru Kuba yang lahir di AS, tidak lagi memperlihatkan keinginan untuk melanjutkan perang yang dilakukan oleh orangtua mereka.

Kritik atas embargo AS dari komunitas internasional terus meningkat, terutama dari Amerika Latin. Banyak negara merasa isolasi yang dilakukan AS pada Kuba, telah semakin terbukti kontraproduktif. Tapi Presiden George W Bush bergeming.

Dia tetap memilih untuk memperburuk kembali hubungan dengan Kuba. “Kita tidak akan menunggu hari kebebasan Kuba, kita akan melakukan sesuatu untuk hari kebebasan di Kuba,” kata Bush. Perubahan mulai terjadi di masa pemerintahan Obama.

Kesepakatan

Ada indikasi AS akan merubah kebijakannya, setelah Raul Castro ditunjuk untuk menggantikan kakaknya, pada 2006. Obama menyatakan keinginannya untuk meningkatkan hubungan. Raul Castro juga melakukan beberapa langkah reformasi.

Diantaranya dengan memberi izin untuk bisnis swasta skala kecil. Pada 2013, Obama berjabat tangan dengan Raul Castro di Afrika Selatan, saat keduanya menghadiri pemakaman Nelson Mandela. Banyak pengamat kemudian coba meramalkan maknanya, untuk masa depan AS-Kuba.

“Mandela memperlihatkan pada kita kekuatan dari tindakan, dari mengambil resiko atas ide-ide kita,” kata Obama dalam pidatonya ketika itu. Kesepakatan untuk normalisasi hubungan, terjadi sejak AS menjajaki pembebasan warganya.

Warga AS, Alan Gross, ditahan di kuba karena tuduhan kegiatan mata-mata, pada Desember 2009. Pada Desember 2011, AS menyerukan pembebasan Alan Gross yang dihukum selama 15 tahun. Baru pada September 2012, Kuba mengisyaratkan kesediaan untuk melakukan negosiasi.

Negosiasi selama 18 bulan, yang difasilitasi Kanada dan Vatikan, akhirnya mencapai kesepakatan. Kuba membebaskan Alan Gross, dan AS membebaskan tiga mata-mata Kuba yang divonis penjara seumur hidup di AS.

Obama dan Raul mengumumkan beberapa kesepakatan. Selain pembebasan Alan Gross, Kuba juga berjanji akan membebaskan 53 tahanan politik dari daftar yang diberikan oleh AS. Kuba juga akan meningkatkan akses internet bagi warganya.

Akses internet telah menjadi keinginan AS sejak lama. Arus informasi diharapkan dapat digunakan sebagai strategi baru, untuk menyebarkan ide-ide demokrasi, dengan begitu mendorong rakyat Kuba untuk menuntut adanya reformasi demokratis.

Kuba juga berjanji akan memberikan akses bagi para pejabat dari PBB dan Komite Palang Merah Internasional (ICRC). Sebagai imbalan, AS akan memberikan kelonggaran dalam larangan perjalanan dan dampak embargo.

AS akan mempermudah warga AS yang ingin mendapatkan izin melakukan bisnis di Kuba, dan melakukan perjalanan ke negara itu. Washington juga akan melonggarkan larangan perbankan, membuat warga AS dapat menggunakan kartu kredit dan debit selama di Kuba.

Kesepakatan juga mengatur, bahwa kini warga AS dapat mengirim hingga $2.000 setahun bagi anggota keluarga mereka di Kuba. AS juga akan mengijinkan impor skala kecil untuk cerutu dan alkohol Kuba. Turis AS juga dibolehkan mengimpor barang senilai $400 dari Kuba.

Industri AS

Selama dua generasi Kuba berada di luar jangkauan investasi AS. Perusahaan-perusahaan AS hanya dapat menyaksikan rival mereka dari Eropa, Amerika Latin dan Asia, menarik keuntungan dari negara di kepulauan Karibia, yang sebelumnya didominasi oleh kepentingan AS.

Kini setelah tercapainya kesepakatan untuk memperbaiki hubungan diplomatik, perusahaan-perusahaan AS dapat kembali melirik kesempatan di Kuba. Banyak perusahaan telah menunggu hari, di mana mereka dapat mengeksplorasi investasi Kuba.

Dikutip dari laporan Forbes, Rabu, 17 Desember, ada setidaknya lima industri yang bisa menjadi pemenang, yaitu pariwisata, keuangan, penerbangan, agrikultur dan otomotif. Saat ini, banyak warga AS mengantri untuk berkunjung ke Kuba melalui Kanada, Karibia dan Meksiko.

Sulit untuk memperoleh visa. Koresponden Forbes menulis, dia harus membeli visa melalui Kedutaan Swiss di Washington untuk berkunjung ke Kuba, pada 1990an. Dia membayar biaya perjalanan $800 untuk 30 menit penerbangan dari Miami ke Havana.

Obama mengumumkan bahwa orang AS akan dapat menggunakan kartu kredit dan debit di Kuba, yang bakal menjadi kabar baik bagi pariwisata. “Saya dapat menggunakan dolar, tapi tidak kartu kredit, sehingga saya harus membawa banyak uang tunai,” tulis koresponden Forbes.

Kuba memiliki banyak tujuan wisata menarik bagi warga AS. Negara itu akan menjadi lokasi liburan atraktif untuk mereka yang menyukai arsitektur, kuliner, musik, literatur, seni, serta tentu saja cerutu dan rum Kuba yang terkenal.

Dua maskapai yang pernah melayani penerbangan ke Kuba, yaitu Eastern dan Pam Am, telah lama tiada. Tapi banyak maskapai AS yang akan siap untuk mengisi peluang itu, seperti JetBlue Airways, Delta Air Lines dan American Airlines.

Ketiga maskapai itu telah lama memiliki pengalaman operasi di Miami. Layanan penerbangan ke Havana, akan membantu maskapai-maskapai AS meningkatkan daya tarik mereka pada para penumpang dari Eropa dan Amerika Latin.

Aradero, yang hanya beberapa jam dari Havana, saat ini telah dikembangkan oleh perusahaan perhotelan Eropa dan Amerika Selatan. Kini, jaringan besar Hotel AS seperti Hilton, Marriott dan Starwood, akan segera mencari lokasi yang tersisa di Havana dan kota lain di Kuba.

Kuba sejak lama dikenal dengan industri gula dan tembakau. Investasi langsung AS pernah mencapai $359 juta, lebih dari tiga kali lipat dari investasi di negara Amerika Latin lainnya. Perusahaan-perusahaan AS juga mengoperasikan 85 persen lahan di Kuba.

Nilai investasi AS itu saat ini, mungkin akan setara dengan $ 2,8 miliar. Kuba merupakan wilayah yang sangat atraktif untuk investasi di bidang agrikultur, juga otomotif. Foto-foto tentang Kuba, banyak didominasi penampilan mobil-mobil tua.

Tapi kenyataannya, orang-orang hanya menggunakan mobil-mobil produksi 1950an untuk mengangkut turis, atau pajangan. Selama beberapa dekade, orang Kuba memiliki pilihan yang terbatas untuk jenis mobil yang bisa mereka beli.

Pemerintah secara rutin menunjuk pemasok mobil resmi, artinya orang dapat membeli mobil dari perusahaan itu. Saat ini di Kuba sudah ada Nissan dan Toyota. Negara itu juga bisa menjadi tujuan untuk perusahaan mobil yang ingin merakit kendaraan.

Kongres AS

Obama tidak mungkin mencabut embargo tanpa persetujuan Kongres, yang akan dikuasai oleh kubu Republik mulai Januari 2015. Republik yang akan menguasai DPR dan Senat, setelah kemenangan dalam pemilu sela, telah menolak normalisasi hubungan dengan Kuba.

Mantan Menteri Luar Negeri AS, dan kandidat kuat calon presiden dari Demokrat, Hillary Clinton, mengatakan bahwa dia mendukung langkah Obama untuk memperbaiki hubungan diplomatik dengan Kuba, setelah lebih dari 50 tahun.

“Sekalipun dengan niat baik, kebijakan kita selama beberapa dekade dengan isolasi, hanya memperkuat kekuasaan Castro. Cara terbaik membawa perubahan di Kuba, adalah dengan memperkenalkan kenyamanan dunia lular pada rakyat Kuba,” ucapnya.

Walau tidak dapat mencabut embargo, tapi Obama dapat memperbaiki hubungan diplomatik, yang tidak membutuhkan persetujuan Kongres. Itu memungkinkan kedua negara memperdalam kerjasama pada beberapa bidang.

Satu hal penting yang bisa didapat AS dari normalisasi hubungan dengan Kuba, adalah perbaikan hubungan dengan negara-negara di Amerika Latin. Hal itu diyakini menjadi penting bagi AS, yang saat ini sedang berusaha untuk mengisolasi Rusia.

Saat ini kubu Republik mengatakan, tengah mempersiapkan langkah untuk memblokade perubahan apapun, dalam hubungan dengan Kuba. “Saya berkomitmen untuk melakukan apapun, untuk mencegah perubahan,” kata Marco Rubio Senator Republik dari Florida.

“Tunggu saja. Kebijakan baru tidak akan merubah apapun di Kuba,” kata Rubio, yang juga akan mencalonkan diri sebagai kandidat dalam pemilihan calon presiden 2016 dari Republik. Tapi Obama masih punya harapan.

Jajak pendapat yang dilakukan New York Times, Oktober lalu, memperlihatkan bahwa 56 persen warga AS setuju pada perbaikan hubungan dengan Kuba. Hanya 29 persen yang menolak. Republik memang dapat memenangkan kursi mayoritas Kongres AS.

Tapi mereka masih harus menjaga dukungan suara dari pemilih, jika ingin memenangkan pilpres 2016. Hasil jajak pendapat memperlihatkan, bahwa rencana Republik untuk menolak normalisasi hubungan bertentangan dengan kehendak sebagian besar publik AS.

Semakin banyak kebijakan Republik yang bertentangan dengan keinginan publik, tentunya akan memberikan keuntungan bagi Demokrat

Digg This
Reddit This
Stumble Now!
Buzz This
Vote on DZone
Share on Facebook
Bookmark this on Delicious
Kick It on DotNetKicks.com
Shout it
Share on LinkedIn
Bookmark this on Technorati
Post on Twitter
Google Buzz (aka. Google Reader)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *