Sebagian besar habitat utama orangutan di Kalimantan Tengah menghadapi potensi gangguan yang cukup tinggi. Gangguan karena pembukaan kawasan perkebunan dan pembalakan liar itu menjadi indikasi semakin menurunnya populasi orangutan di alam liar.
Program Manager Program Reintroduksi Orangutan Kalimantan Tengah di Nyaru Menteng (PROKT-NM) Anton Nurcahyo mengungkapkan, sebagian orangutan yang dirawat di PROKT-NM ditemukan di perkebunan kepala sawit dan mengalami luka bacok.
“Bacokan itu karena konflik dengan manusia. Konversi lahan yang berkorelasi positif terhadap terdesaknya orangutan jelas merupakan ancaman,” kata Anton, Jumat (25/11/2011) di Palangkaraya, Kalteng.
PROKT-NM menerima sejumlah anak orangutan yang diserahkan masyarakat. Mereka menemukan anak orangutan di habitat asli karena induknya tewas dibunuh manusia. Berdasarkan data Population and Habitat Viability Assessment (PHVA), di Kalteng terdapat 17 habitat utama orangutan.
Sekitar 70 persen dari jumlah itu atau 12 tempat memiliki potensi gangguan yang tergolong tinggi, yakni Kahayan Kapuas, Katingan-Samba, Sebangau Kahayan, Rungan Kahayan, Seruyan, Samba-Kahayan, Lamandau, Katingan-Sampit, Mawas, Taman Nasional Tanjung Puting, Arut Belantikan, dan Sebangau.
Anton mengemukakan, gangguan yang kian meningkat menunjukkan populasi satwa itu cenderung semakin sedikit. Selain gangguan, penyerahan orangutan dari masyarakat yang terus terjadi mengindikasikan jumlahnya di alam bebas kian berkurang.