Philadelphia – Wu (43) terbaring dirumah sakit dengan luka dalam yang disebabkan pukulan pada perut dan kepalanya. Wu adalah seorang pemilik takeout Chinese food 
Tidak mampu berbicara, hanya terdengar rintihan menahan sakit. Tubuhnya tidak lebih dari kumpulan tulang berbalut kulit, nampak lebih tua dari usianya, Wu hanya dapat menelan cairan sebagai penyambung hidup. Chen (34), istri Wu senantiasa menjenguk suaminya dipagi hari sebelum membuka restoran. Kini Chen merasa khawatir akan keselamatannya pula setelah pada pertengahan tahun lalu, Wu dianiaya seorang pemuda didepan restorannya disiang hari bolong.
Kejadian yang menimpa Wu mencerminkan tantangan yang dihadapi para imigran pemilik restoran Chinese takeout di Philadelphia. Sebagian besar pebisnis restoran ini berasal dari Fu Zhou dengan kemampuan minim bahasa Inggris dan cenderung bersikap primitif terhadap pelanggan, demikian mereka diperlakukan sebagai makhluk asing oleh warga setempat.
“Lebih mudah membuka restoran Chinese daripada melakukan pekerjaan lainnya disini, kami tidak memiliki kemampuan apapun selain memasak”, ujar Chen.

Seorang pemilik restoran Chinese di Kensington Avenue dirampok dua kali tahun lalu, pada bulan February dan bulan Juni. Pada peristiwa pertama, muka korban ditinju pelaku perampokan sedang pada peristiwa kedua, perampok melakukan aksinya dengan senjata api dan berhasil kabur mengantongi $180 serta satu unit cel-phone. Sementara Wang (44) kehilangan nyawanya dalam kasus perampokan dengan senjata api didalam restoran miliknya di North Philly tahun 2006 lalu.
Chris Lai, seorang anggota polsek distrik 17 yang kerap dimintai bantuan sebagai penterjemah bahasa Mandarin dan Cantonese bagi korban kejahatan yang tidak berbahasa Inggris mengungkapkan bahwa pelaku kejahatan cenderung mengincar pendatang asal Asia karena mereka tidak berbahasa Inggris, dengan demikian tidak akan menelepon 9-1-1. Sebaliknya, korban kejahatan juga jarang yang bersedia meneruskan kasus yang menimpanya kepengadilan.
Steven Zhu, wakil ketua Greater Philadelphia Chinese Restaurant Association, mengungkapkan dikota yang berpenduduk satu setengah juta ini, terdapat 430 restoran 
Elijah Anderson seorang professor Yale University yang banyak mengamati kehidupan komunitas warga kulit hitam mengatakan tidak tahu apa yang sesungguhnya terjadi pada kasus penyerangan terhadap Wu. Penyerangan mungkin saja terjadi karena alasan ekonomi pada lingkungan yang sebagian warganya menganggap pebisnis yang berusaha diwilayah mereka sebagai sasaran empuk. Anderson berpikir bahwa apa yang menimpa Wu bukan sebab dia seorang imigran tetapi seorang pemilik usaha.
“Patut diketahui bawah sebagian besar komunitas kulit hitam adalah orang-orang seperti kita semua yang mencari nafkah dengan tidak melanggar hukum dan juga dapat menerima orang asing berbisnis dilingkungan mereka. Hanya segelintir yang berpikir bahwa sebagai orang asing, Wu tidak pantas hadir ditengah lingkungan mereka”, ujar Anderson.

Menurut Chen, hutang mereka pada saudara di China guna memodali restoran masih belum lunas, ditambah kewajiban membayar berbagai macam biaya operasional, Chen memberanikan diri membuka restaurannya seorang diri. Chen mengungkapkan bahwa sebagian besar pelanggannya tidak membuat masalah, hanya satu atau dua orang yang tidak memiliki cukup uang, berteriak-teriak dan menyebut Chen ‘gila’, ‘goblok’ dan memakinya ‘fxxx You!’. Kerap hilang kesabaran Chen dan membalas memaki mereka dari balik counter fiberglass. Hailey (71) seorang warga yang sering berbelanja direstoran milik Wu mengatakan bahwa warga sekitar mengerti bahwa counter berlapis fiberglass adalah demi keselamatan mereka tetapi banyak pemilik takeout restoran yang memperlakukan para pelanggannya mereka dengan kasar dan merendahkan, mereka menganggap kami anjing. Mereka mengumpat kami dalam bahasa Chinese, walaupun tidak kami mengerti tetapi kami tahu bahwa mereka sedang mencaci-maki!
Petugas telah menahan Niblack, seorang pemuda yang dicurigai sebagai penganiaya Wu. Chen mengungkapkan keyakinannya bahwa Niblack adalah pelaku penyerangan karena beberapa hari sebelum penganiayaan terhadap suaminya. Niblack datang membeli sesuatu dan menuduh Chen telah menaikkan harga. Niblack memaki Chen dan memukul pintu restoran serta meludahinya sebelum pergi.
Dua putra Chen yang berusia 12 dan 15 masih berada di China dan ingin didatangkan ke Amerika. “Kami sudah terbiasa tinggal disini dan kami suka Amerika. Kelak setelah suami saya sembuh, saya ingin pindah dari lingkungan ini. Di China sangat sulit mendapatkan pekerjaan, di Amerika setiap hari kita bisa bekerja”, ujar Chen (dirangkum dari berbagai sumber).
















