Uskup Bogor Mgr Paskalis Bruno Syukur OFM memimpin misa Imlek di Gereja Katolik Keluarga Kudus, Cibinong, Bogor, Kamis (19/2). Misa yang diikuti lebih 500 umat ini berlangsung hikmad karena diperingati dalam rangkaian masa Prapaskah yang merupakan masa pertobatan.
Altar pun hanya dihias dengan dua pohon Mei Hwa dan lampion.
Selain Uskup Bogor Mgr. Paskalis Bruno Syukur, OFM, dua orang pastur yakni RD. Michael Suharsono dan RD. Hendrik juga turut mendampingi dalam misa Imlek tersebut. Uskup Bogor Mgr. Paskalis Bruno Syukur, OFM dalam homili atau khotbah misa Imlek tersebut mengatakan semua umat bermenung dalam tahun yang baru.
“Dalam memasuki tahun baru kita diteguhkan harapan semoga banyak rejeki, sehat fisik dan rohani, apa yang dikerjakan berhasil, aman sejahtera dalam menjalani hidup,” katanya.
Terkait mengapa gereja merayakan Imlek, Uskup mengungkapkan bahwa gereja adalah rumah bersama. Bukan hanya rumah orang Flores, Jawa, Batak, Medan, Padang, Makassar atau Papua. Meski orang-orang tersebut memiliki budaya beragam namun tetap sebagai anak-anak Allah, yang diciptakan satu dan sama. Dalam puncak penciptaan Allah, diciptakanlah manusia yang diberi harkat luar biasa.
“Manusia diberi hak untuk menguasai alam tetapi bukan untuk mengeksploitasi tetapi untuk memeliharanya. Oleh karena itu Tahun Baru Imlek dalam konteks waktu menunjukkan bahwa Allah menciptakan manusia sama. Gereja Katolik mengharapkan anak-anak ciptaan Tuhan mewartakan dan meyakinkan Allah yang satu.
“Kita semua saudara, bukan kamu berbudaya Jawa, saya Berbudaya Folres atau Batak. Kita semua anak-anak Allah,” ucapnya. Untuk itulah gereja menerima semua budaya apapun termasuk Tionghoa. Di akhir misa Imlek, RD. Michael Suharsono pun memberkati kue keranjang dan angpao yang kemudian dibagikan satu per satu kepada umat yang hadir.
contoh Toleransi nyata