Kuliner Seafood di Pesisir Marunda, Sensasi Deburan dan Bisikan Angin Laut


Kuliner Seafood di Pesisir Marunda, Sensasi Deburan dan Bisikan Angin Laut

dilaporkan: Liu Setiawan

 

Jakarta, 6 September 2025/Indonesia Media – Pesisir di Jakarta Utara, tepatnya di Marunda Kecamatan Cilincing tidak melulu sebagai destinasi wisata pantai, tapi juga kuliner seafood. Salah satunya warung seafood di pesisir Marunda, yang lokasinya berdekatan dengan rumah susun sederhana sewa atau Rusunawa. Begitu melewati komplek Sekolah Tinggi Ilmu Pelayaran Jakarta dan Rusunawa, pengunjung melewati jembatan bambu untuk sampai di tepi laut Marunda. Di tepian tersebut, hanya ada tiga warung dimana pengunjung bisa duduk-duduk sambil menikmati suasana pantai. Salah satunya warung seafood milik Novi (26). ia mengaku, sudah buka warung sejak tahun 2018 yang lalu. Tapi pesisir Marunda tidak selalu ramai pengunjung, kecuali masa liburan sekolah. “Kadang ada anggota Polairud (Kepolisian Perairan dan Udara) yang makan disini. Kalau sekarang (awal September), Marunda sepi,” kata Novi.

Warungnya menyajikan menu ikan bakar, terutama ikan bawal, kuwe, gurame dan bandeng. Ia biasanya naik motor untuk beli ikan di tempat pelelangan ikan Cilincing. Tapi karena jumlah pengunjung serba tidak pasti, ia menyesuaikan dengan kebutuhannya. Kalau musim liburan sekolah, ia belanja ikan di pelelangan dua hari sekali. Tapi kalau sedang sepi, tiga hari sekali baru balik ke Pelelangan. “Sekali belanja di Pelelangan, sekitar lima kilo ikan. Satu ikan setara dengan delapan ons. Kondisi sekarang, harga ikan sekitar Rp 100.000 per kilo. Tapi kalau sedang paceklik, harga bisa sampai Rp 150.000 per kilo,” kata perempuan Bugis dengan beberapa tato di lengannya.

Selain ikan, ia juga beli bumbu-bumbu serta batok kelapa untuk bakar ikan. Harga bumbu jauh lebih murah dibanding batok kelapa. Bumbu-bumbu termasuk kunyit, lengkuas dan lain sebagainya hanya puluhan ribu rupiah saja. Sementara batok kelapa mencapai Rp 120 ribu per karung. “Kalau bumbu, saya meracik sendiri. Saya tidak mau beli jadi di warung-warung di Pelelangan. Kadang hanya Rp 10.000 untuk dua, tiga hari. Kalau batok kelapa, agak mahal. Saya harus hemat menggunakan batok kelapa,” kata Novi.

Untuk menjaga kualitas seafood, ia mengaku beli ikan pada pagi hari di Pelelangan. Karena ikan-ikan bergerombol akan naik ke permukaan air laut. Kalau beli malam hari, kondisi ikannya sudah tidak segar lagi. Pedagang di Pelelangan juga biasanya jual ikan pada pagi hari, menyesuaikan permintaan pasar. Ikan segar terutama yang siap dibakar, terutama kuwe dan bawal paling disukai pelanggannya termasuk yang dari luar Jakarta. Sementara ikan lain seperti gurame dan bandeng, hanya untuk melengkapi daftar menu saja. Pelanggan biasanya dikenakan biaya Rp 90 ribu per porsi, sudah termasuk nasi, lalapan dan sambal. Selama ini, beberapa pengunjung mau mencari sensasi menikmati menu ikan bakar di antara suara deburan laut dan bisikan angin. “Kadang ada pengunjung yang mau bakar ikan sendiri. Mungkin mereka mau merasakan sensasi lain, makan ikan bakar dengan racikan sendiri,” kata Novi. (LS/IM)

Digg This
Reddit This
Stumble Now!
Buzz This
Vote on DZone
Share on Facebook
Bookmark this on Delicious
Kick It on DotNetKicks.com
Shout it
Share on LinkedIn
Bookmark this on Technorati
Post on Twitter
Google Buzz (aka. Google Reader)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *