Badan intelijen Amerika Serikat, Central Intelligence Agency (CIA) punya banyak cara untuk melakukan aksi mata-mata, selain dengan teknologi (signal intelligence) dan manusia (human intelligence). Salah satunya, meskipun akhirnya tak diteruskan, adalah menggunakan kucing.
Menurut Adrienne LaFrance, seperti dimuat The Atlantic edisi 27 Juni 2015,
pada puncak Perang Dingin, pejabat di Amerika Serikat menggagas rencana rahasia untuk mengawasi orang-orang Rusia di Washington DC. Mereka berencana, dan akhirnya diputuskan, mengirimkan kucing sebagai mata-mata.
Skenarionya, kucing itu akan dibedah dan di badannya ditanami mikrofon dan radio pemancar. Dia akan dikirim untuk menyelinap dan mengecoh pengamanan dan menguping aktivitas di Kedutaan Uni Soviet –kini Rusia. Proyek ini diberi nama sandi “Acoustic Kitty.”
“Mereka menyayat dan membuka kucing itu, menempatkan baterai dan kabel,” kata Victor Marchetti, yang merupakan asisten direktur eksekutif CIA pada 1960-an, seperti dimuat dalam buku Jeffrey Richelson 2001, The Wizards of Langley. “Ekornya digunakan sebagai antena.”
Berbeda dengan mata-mata lainnya, kali ini “agen” CIA itu berkumis, mengeong, dan “monster aneh” ini luar biasa mahal. CIA mengeluarkan sekitar $ 10 juta untuk merancang, mengoperasikan, dan melatih kucing pertama dalam operasi Acoustic Kitty ini.
Ketika tiba saatnya untuk misi perdana, agen CIA melepaskan kucing itu dari belakang van yang tak mencolok. Sang agen kemudian menyaksikan dengan penuh semangat saat agen itu berangkat menjalankan misinya: kucing itu tampak berlari ke arah kedutaan. Nahasnya, tiba-tiba taksi lewat dan menewaskannya.
CIA akhirnya membatalkan proyek itu. Dalam sejumlah dokumen di arsip George Washington University dikatakan bahwa operasi yang imajinatif itu, dengan melatih kucing sebagai mata-mata, dinilai “tidak praktis”. ( Tp / IM )