SELAIN pasar ikan, sejumlah pasar lain seperti pasar beras juga tak luput dari pengamatan Nicolaus de Graaff.
Pasar beras atau pasar gandum terletak berseberangan dengan pasar ikan. Pasar ini dibangun dengan model yang sama dengan kedua pasar terdahulu. Hanya saja di dalam pasar beras dan gandum tidak terdapat kios penjualan. Di salah satu sudut bangunan pasar itu terdapat tempat tinggal juru tera.
Dua kali setahun, orang ini menera setiap alat timbangannya di Balai Kota. Peneraan itu disaksikan oleh dua orang schepenen (anggota pemerintahan kota) yang masing-masing menerima 60 sen untuk setiap peneraan yang dilakukan. Takaran yang digunakan untuk menimbang dan menjual beras disebut ganting dan berisi sekitar 14 pon beras. Setiap ganting dijual seharga 60 sen.
Selain pasar daging, ikan, dan beras, terdapat juga pasar unggas. Pasar ini terletak di dekat jembatan menuju Kruiskerk. Di pasar ini terdapat banyak sekali sangkar anyaman berisi berbagai macam unggas dan hewan kecil lain. Seekor unggas besar dapat dibeli seharga 20 atau 30 sen.
Sebagian besar orang yang berdagang unggas adalah orang mardika atau Portugis Hitam. Di pasar ini banyak pula kios bambu tempat orang menjual ikan asin, bawang merah dan bawang putih, telur, wadah dan tempayan dari gerabah, dan keperluan dapur lainnya.
Sepanjang sungai sampai jembatan Nieuwe Brug orang berjualan sayuran. Mulai pukul 4 sore, pasar sayur dan buah-buahan ini dipenuhi orang, baik yang berbangsa China maupun orang berkulit hitam (tampaknya Nicolaus de Graaff menganggap kulit sawo matang orang pribumi sebagai kulit yang berwarna hitam!). Orang datang ke pasar ini untuk menjual dan membeli buah dan sayur. Ada pula yang sekadar untuk melihat-lihat.
Di sebelah barat alun-alun di depan Balai Kota terdapat bangunan yang terbuat dari kayu. Bangunan ini mempunyai lima pintu. Di dalamnya terdapat lima gang dengan toko-toko di kedua sisinya. Di dalam bangunan ini orang dapat membeli kain untuk pakaian dan keperluan lainnya.
Selain itu, ada pula toko-toko yang menjual pakaian jadi. Sebagian besar pedagang kain dan pakaian ini adalah orang China. Mereka menyewa toko-toko itu seharga 7,50 gulden setiap bulan kepada seorang pagter. Pagter ini bertugas membersihkan dan merawat toko-toko dan bangunan pasar. (frieda.amran— anggota Asosiasi Antropologi Indonesia)