Antusiasme Yayasan terhadap Program BI jelang Peringatan Waisak 2024


Antusiasme Yayasan terhadap Program BI jelang Peringatan Waisak 2024

dilaporkan: Liu Setiawan

 

Jakarta, 20 Mei 2024/Indonesia Media – Yayasan Keagamaan Buddha antusias terhadap kesempatan yang dibuka Bank Indonesia (BI) mengenai kegiatan yang berdampak jangka panjang seperti pembangunan atau renovasi vihara, cetiya, kuti atau bangunan penunjang kegiatan pendalaman Buddha Dhamma lainnya. Salah satu yayasan, Sapta Ronggo di Jl. Petojo VIY, Cideng Gambir Jakarta Pusat yang masih menyelesaikan urusan pemindahan kepemilikan/kepengurusan yayasan dari yang lama, yang sempat lepas tanggung jawab. “Saya masih cari bantuan (pendanaan) untuk menyelesaikan biaya pasca pemindahan kepengurusan lama, dari Popo Siswanto. Saya dikasih batas waktu sampai enam bulan ke depan, atau sekitar akhir tahun ini untuk pelunasan,”Reza Darmadji dari Yayasan Sapta Ronggo mengatakan kepada Redaksi.

Dalam rangka peringatan Waisak di bulan Mei 2024, BI membuka kesempatan kepada Yayasan Buddhis di seluruh Indonesia mengajukan proposal untuk pengembangan Buddha Dhamma Sangha. Proposal diutamakan untuk kegiatan yang berdampak jangka panjang. Proposal juga dapat ditujukan untuk kegiatan yang bersifat produktif seperti UMKM (usaha mikro, kecil, menengah) produk-produk religi Buddha,   pembangunan/renovasi sekolah dan pengembangan kebudayaan religi Buddha. “Ketika proposal dibuat, saya sempat hubungi Kepala Departemen Komunikasi BI dan Bank Indonesia Spiritual Buddha, melalui Sdr. Erfendi (0813 68044488) dan Sdr. Leslie (0812 91888789). Tapi terlambat, dan kuota sudah terisi semua. Saya nggak bisa tunggu sampai Waisak tahun depan (2025) karena deadline pelunasan ‘akuisisi’Sapta Ronggo sampai akhir tahun,” kata Reza Darmadji.

Era tahun 1980 an, Sapta Ronggo selalu dipadati pengunjung umat Buddha terutama pada hari Kamis. Bahkan mobil yang parkir meluber sampai keluar jalan Petojo VIJ III. Selain para pedagang kembang untuk sesajen ini antara lain kembang melati, mawar, kenanga, kantil atau cempaka dan lainnya kelimpahan rezeki. Almarhum Suhu Acong, pendiri Sapta Ronggo dikenal karena sering gelar kegiatan bakti sosial. Walaupun dana umat Buddha meluber masuk kas Sapta Ronggo, dari jasa persembahyangan orang meninggal, almarhum  langsung membagi-bagikan kepada pegawai, anak asuh atau warga yang butuh. “Saya tulus mau meneruskan cita-cita almarhum, terutama kegiatan persembahyangan. Tapi karena pengalihan kepengurusan, saya berusaha menghindari polemik. Saya yakin dengan niat baik saya, tapi tetap antisipasi kalau pengurus lama terus mengumbar emosi, amarah seperti pak Ali yang dulunya sering buka ‘biro jasa’ lokthung (orang yang tubuhnya dijadikan media untuk dirasuki Dewa-Dewi, atau roh-roh leluhur yang mereka percayai),” kata alumni fakultas ekonomi Unika Atma Jaya Jakarta. (LS/IM)

Digg This
Reddit This
Stumble Now!
Buzz This
Vote on DZone
Share on Facebook
Bookmark this on Delicious
Kick It on DotNetKicks.com
Shout it
Share on LinkedIn
Bookmark this on Technorati
Post on Twitter
Google Buzz (aka. Google Reader)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *