– Orang-orang Tionghoa memiliki peranan yang sangat penting dalam peristiwa bersejarah Sumpah Pemuda 1928.
Salah satu peran pemuda Tionghoa dalam Sumpah Pemuda pada 1928 adalah Sie Kong Lian.
Sie Kong Lian memberikan rumahnya sebagai tempat untuk menggelar rapat Sumpah Pemuda pada 92 tahun silam.
Hal tersebut disampaikan Azmi Abubakar, pendiri Museum Pusaka Peranakan Tionghoa, Jumat (23/10/2020) sore.
Azmi Abubakar menyampaikan catatan sejarah itu dalam webinar bertajuk Nasionalisme dan Peran Tionghoa, Peran Tionghoa sejak Sumpah Pemuda, Masa Kini dan Masa Depan.
Webinar digelar NKRI OZ Community Inc bekerjasama dengan Forum Masyarakat Indonesia di Australia (FMIA) untuk memperingati 92 tahun Sumpah Pemuda.
Selain Azmi Abubakar, hadir pula pembicara lain, yakni Siauw Tiong Djin, pemerhati politik Indonesia dan Nur Arif, penasihat Lesbumi, PCNU Depok.
Tak ketinggalan, Yunarto Wijaya yang dikenal sebagai Direktur Eksekutif Charta Politika.
Diskusi dipandu Soraya Permatasari, Bloomberg Asia Pacific Editor for Breaking News yang juga adalah Ketua FMIA.
Museum Sumpah Pemuda di Jalan Kramat 106, Jakarta Pusat milik tokoh Tionghoa (Wikipedia)
Dalam materi yang dibawakan, Azmi Abubakar mengatakan, peran penting orang-orang Tionghoa dalam Sumpah Pemuda 1928.
Siauw Tiong Djin, peraih gelar PhD Ilmu Politik Monash University di Melbourne, Australia, menyatakan, banyak stereotipe yang beredar tentang Tionghoa yang bertentangan dengan fakta sejarah.
“Orang-orang Tionghoa memiliki andil besar dalam menginspirasi lahirnya nasionalisme Indonesia,” kata Siauw Tiong Djin.
Sayangnya, lanjut Siauw Tiong Djin, pemerintah kurang atau tidak berupaya memperbaiki bahan-bahan sejarah yang diajarkan di sekolah-sekolah.
Sementara Nur Arif, penasehat Lembaga Seniman Budayawan Muslim Indonesia (Lesbumi) PCNU Depok, mengajak untuk memahami sejarah kedatangan kaum Tionghoa ke Indonesia sejak tahun 400 Masehi.
Nur Arif menghadirkannya dalam perspektif Islam Nusantara.
Pemutaran video mapping di Gereja Katedral Jakarta, berlangsung Minggu (27/10/2019). Pemutaran video tersebut dalam rangka memperingati Hari Sumpah Pemuda dan akan berlangsung hingga malam ini. (Warta Kota/Henry Lopulalan)
Nur Arif yang juga seorang doktor ahli biomolekuler di Fakultas Kedokteran UI dan Tohoku University, Jepang, ini mempertanyakan, masih relevankah memandang Tionghoa sebagai sebutan nonpribumi.
Yunarto Wijaya lebih menyoroti nasionalisme dalam konteks Indonesia sebagai konstruksi sosial yang terus mengalami kontestasi.
Mulai basis legitimasi berhadapan dengan tekanan globalisasi, bangkitnya ‘kesukuan’ dikomunikasikan dalam logika identitas primordial hingga banyak yang menjiwai nasionalisme dalam konteks asli vs pendatang, jadi alasan untuk anti-asing.
Menurut Yunarto Wijaya, perlu upaya ‘menulis ulang’ Tionghoa di Indonesia yang tidak berpatokan pada masa lalu dan tidak terpaku pada bidang politik dan ekonomi.
Kongres Pemuda 2 dipimpin oleh pemuda Soegondo Djojopoespito dari PPPI (Perhimpunan Pelajar-Pelajar Indonesia), menghasilkan keputusan penting yang disebut sebagai Sumpah Pemuda (istimewa)
“Secara realistis, cara pandang berbeda terhadap konsep kebangsaan sangat diperlukan apabila stigma tentang Tionghoa ingin diubah,” katanya.
Narasi baru nasionalisme, lanjut Yunarto Wijaya, harus fokus pada sisi kemanusiaan agar tidak terjebak pada kilau etnis tertentu.
Dalam webinar yang diikuti 300 orang dari berbagai wilayah di Indonesia maupun luar negeri ini turut memberi pernyataan adalah Christianto Wibisono dan Christian Silman, cicit pemilik gedung Sumpah Pemuda di Kramat Raya, Senen, Jakarta Pusat.
Ada juga Grace Natalie dan Mari Elka Pangestu, Direktur Pelaksana Kebijakan dan Kemitraan Pembangunan Bank Dunia.
Hari Sumpah Pemuda (Tribun Jabar)
Di video yang dikirimkan, Mari Pangestu menyatakan, “Walau keturunan (Tionghoa-red), kita adalah 100 persen orang Indonesia.”
Menurut Andrew Wanandy, ketua panitia webinar, acara ini ditujukan untuk mengulas peran orang orang keturunan Tionghoa sejak peristiwa pergerakan pemuda, perjuangan kemerdekaan hingga masa pembangunan dan reformasi sekarang ini.
Keturunan Tionghoa banyak sekali berKontribusi untuk Kemerdekaan Indonesia menurut Sejarah Indonesia tapi pada kenyataan hingga sekarang ini masih saja belum dapat diterima dengan baikdan seutuhnya sebagai Warga Negara Indonesia
rencana penerbitan buku ke-Tionghoaan, rencana launching berbarengan HUT ke-76 RI, Tim Penulis sdg mengoleksi berbagai data dan informasi terkait dengan Sumpah Pemuda, yakni tokoh-tokoh Tionghoa yang ikut serta, suku lainnya. Sepertinya, tidak mungkin tidak ada keikutsertaan tokoh Tionghoa