Yang Tersisa dari Masa Keemasan Wisata Belanja di kota Bandung


 

20180315_090422 Wisata belanja di kota Bandung, Jawa Barat bagi sebagian orang tidak melulu yang modern, cozy seperti Cihampelas, PVJ dan lain sebagainya. Beberapa wisatawan lokal, terutama yang sudah berusia di atas 70-an, masih bisa mencari spot wisata nostalgia yakni sepanjang jalan Kosambi. Wisata belanja plus bernostalgia di Bandung ibaratnya secuil keberuntungan. Hanya tersisa dua toko di Jl. Kosambi (sekarang; Jl. Ahmad Yani) yang membawa suasana nostalgia zaman Belanda, Jepang sampai tahun 1970-an. “Pelanggan lama sengaja balik ke sini, Toko Prabu. Bapak tersebut mengaku, mau bernostalgia sambil duduk di kursi roda. Ia sempat minta anaknya temani datang kesini,” kata Ellien Swadipura, generasi ketiga Toko Prabu.

IMG_5332Toko Prabu merupakan usaha dagang yang sudah turun temurun selama tiga generasi. Prabu sempat jaya pada tahun 1960-an sampai 1979. Setelah itu, Jl. Ahmad Yani mengalami ‘metamorfosis’ yakni serbuan retailer modern. Padahal pada tahun 1960-an, toko-toko di sepanjang Jl. Ahmad Yani  sangat khas dengan spesifikasi kebutuhan sehari-hari. Misalkan toko buku Angkasa yang juga ramai dikunjungi terutama anak-anak sekolah. Toko makanan kaleng yang sering dicari ibu-ibu rumah tangga untuk sajian keluarga di rumah. Ada juga toko Tiga yang menjual berbagai koleksi jeans. “Kami jual kain, gamis, sajadah, peci dan berbagai aksesori lain Muslim. Sehingga sekitar satu, dua minggu sebelum Lebaran, toko kami pasti dipadati pembeli. Pelanggan satu kadang harus antri tunggu yang lainnya keluar toko, selesai belanja,” cerita Ellien, dan sekali-kali ditimpali adiknya, Budi Marga.

IMG_5333Dari puluhan toko-toko sepanjang Jl. Ahmad Yani yang sempat jaya pada tahun 1960 – 1980an, satu-satu berguguran. Toko buku Angkasa bangkrut ketika Gramedia, Gunung Agung buka di beberapa mal di Bandung. Toko makanan kaleng juga tutup ketika industri modern mulai beralih pada mal. “Toko Tiga yang berjualan baju, jeans masih buka. Kami sebagai generasi ketiga dari kakek yang pertama kali buka Prabu, belum tahu bagaimana ke depannya. Karena saya saja sudah berusia 60-an tahun. Kami empat saudara, tapi hanya saya dan Budi yang mau meneruskan Prabu,” kata Ellien.

 

IMG_5361 (1)Terbersit dalam pikirannya, Prabu mungkin bisa dijadikan icon wisata belanja nostalgia Bandung. Apalagi bangunan toko masih sangat original, belum ada pengubahan terutama arsitektur interior. Selain punya hobi griya, Ellien masih rutin menata dan menjaga berbagai koleksi antik kuno. Sehingga bangunan toko, bagi pengunjung yang masuk ke dalam, bisa merasakan surprise pada sudut-sudut tertentu. Bagian belakang bangunan yakni taman kecil, dilengkapi dengan bangku-bangku antik. Pintu belakang juga masih dipertahankan, yakni kayu jati serta grendel, handle besi bundar. Besinya juga tidak karatan, dan urat-urat kayu jati pada daun pintu masih sangat kentara. Dua bangunan terkoneksi dengan jembatan se-lebar badan orang dewasa. Di bagian tengah juga, ada void dimana sinar matahari langsung jatuh. Ada patung kepala Buddha ala Candi Borobudur ditempatkan di sudut void dua bangunan utama rumah dan toko Prabu. “Kami sudah tua, dan tidak terlalu antusias dengan kelanjutan usaha toko Prabu. Pada usia uzur, kami tetap mau beraktivitas dengan berjualan berbagai perlengkapan umat Islam. Hanya sebatas cari kesibukan. Kalau nggak buka toko sehari saja, rasanya seperti masuk kerangkeng,” kata Ellien.

Sisi lain yang menarik dari nostalgia toko Prabu yakni tamu-tamu VIP, VVIP dan artis Bandung. Mantan wakil Presiden Try Sutrisno, gubernur Jawa Barat adalah deretan pejabat yang pernah belanja di Prabu. Sementara grup musik asal Bandung, Bimbo juga berlangganan belanja berbagai perlengkapan sholat termasuk sajadah, peci dan lain sebagainya. Bahkan Bimbo yang terdiri dari tiga bersaudara yakni Sam, Acil, Jaka, sempat datang ketiganya bareng belanja. “Tapi kami nggak kenali wajah mereka waktu pertama-tama belanja. Kedua, ketiga kali kami kenali. Mereka belanja saja, dan kami sebatas melayani. Kami nggak mengistimewakan, seperti biasanya orang dagang terhadap pelanggan, tanpa pembedaan,” tegas Ellien.

IMG_5330Ketika Bimbo sedang terkenal, ditambah lagi kehadiran adik perempuan mereka Iin Parlina, ada lagu khas yang ‘nyambung’ dengan Prabu. Lagu-lagu Bimbo bukan hanya sekedar cerita tentang cinta, tetapi liriknya juga bicara tentang Tuhan. Pada tahun 1970 – 1980an, lagu ‘Tuhan’ sangat bergema, dan sering disenandungkan mulai kalangan remaja sampai orang tua. “Pada waktu Bimbo datang berbelanja, beli sajadah, peci dan berbagai perlengkapan Sholat, pas ada pelanggan lain. Dia bersenandung lagu ‘Tuhan’ sehingga saya yang waktu itu masih remaja sempat terbawa suasana khusyuk Islami. Suasana berserah diri pada Yang Kuasa, kebulatan dan kerendahan hati terefleksi dari lirik lagu ‘Tuhan’ ciptaan Bimbo. “Kami justru baru merasakannya sekarang. Suasana nostalgia mungkin bisa muncul tiba-tiba,” kata Ellien.

 

Gamis, peci, sajadah identik dengan Muslim. Tetapi keluarga Ellien sejak kakek & neneknya masih hidup, tidak pernah ada masalah dengan agama yang dianutnya. Karena selama 60 – 70 tahun Prabu berdiri, hampir tidak pernah ada masalah. Karena pada umumnya, pelanggan hanya sebatas beli dan cari bahannya yang cocok. “Misalkan peci, ada yang bludru. Kami jelaskan hal itu saja, tidak terlalu jauh sampai masuk ajaran agama. Sama sekali tidak. Tapi kami pernah jualan Sajadah yang dilengkapi dengan kompas. Sehingga ketika dikenakan, ia bisa tahu kiblat untuk Sholatnya,” kenang Ellien.

IMG_5446Toko Prabu mungkin tinggal satu-satunya ‘artefak’ wisata belanja kota Bandung. Suasana dimana masyarakat Bandung dan sekitarnya, bahkan dari Jakarta merasa prestisius kalau berbelanja di Jl. Kosambi pada masa tersebut. Tetapi seiring dengan waktu yang berlalu, Bandung semakin dijejali ritel modern. Terjadi pergeseran habit belanja, mengikuti zaman now serta modern dan sebagian besar pelanggan Prabu juga sudah meninggal dunia. “Kadang kami kangen, mengingat-ingat suasana bulan suci Ramadhan. Terutama beberapa hari sebelum lebaran, toko kami dijejali pengunjung. Boss, pemilik perusahaan sering borong sajadah, peci, kain untuk THR karyawannya,” kenang Ellien. ( Setiawan Liu / IM )

Digg This
Reddit This
Stumble Now!
Buzz This
Vote on DZone
Share on Facebook
Bookmark this on Delicious
Kick It on DotNetKicks.com
Shout it
Share on LinkedIn
Bookmark this on Technorati
Post on Twitter
Google Buzz (aka. Google Reader)

One thought on “Yang Tersisa dari Masa Keemasan Wisata Belanja di kota Bandung

  1. Perselingkuhan+Intelek
    April 7, 2018 at 11:34 pm

    tergilas jaman

Leave a Reply to Perselingkuhan+Intelek Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *