Stroke Meningkat di Kalangan Muda


Lingkar pinggang yang melebar, diabetes, dan tekanan darah tinggi, membuat anak muda kian rentan.

Stroke makin mengincar kalangan muda. Penyakit yang menyebabkan kelumpuhan ini diperkirakan melonjak dua kali lipat pada 2030, analisis global yang pertama tentang masalah ini memperingatkan.

Meskipun peluang serangan stroke meloncat seiring usia, yang mengkhawatirkan, makin banyak orang muda dalam memiliki faktor-faktor risiko. Sebut saja, lingkar pinggang yang makin besar, diabetes, tekanan darah tinggi, yang membuat anak muda makin rentan.Di seluruh dunia, stroke adalah penyebab kematian utama kedua setelah penyakit jantung dan merupakan kontributor besar untuk kelumpuhan yang berakibat cacat, seperti dikutip NBC News, Kamis (24/10).

Kebanyakan stroke terjadi karena terjadi gumpalan yang memblokir suplai darah ke otak. Pasien sering mengalami gejala, seperti mulut menceng atau miring ke salah satu sisi, tidak mampu mengangkat lengan, dan berbicara pelo atau tidak jelas. Jika tidak ditangani dengan cepat, efek samping itu dapat berlangsung lama, termasuk berbicara tak jelas, lumpuh, masalah memori, dan kehilangan penglihatan.

Para ilmuwan menyisir melalui lebih dari 100 studi sepanjang 1990-2010 untuk mempelajari pasien stroke di seluruh dunia. Mereka juga menggunakan teknik pemodelan ketika tidak memiliki cukup data. Dari situ, para peneliti menemukan angka kejadian stroke yang melonjak seperempat pada orang berusia 20 sampai 64 tahun dan meningkat hampir sepertiga dari jumlah total pasien stroke.

Peneliti mengatakan memang kebanyakan stroke terjadi pada orang berumur. Jumlah orang-orang berumur yang menderita stroke juga masih meningkat dalam populasi dunia.

“Beberapa kenaikan yang kita lihat dalam stroke tidak dapat dihindari karena itu ada hubungannya dengan orang-orang berumur, tapi itu tidak berarti kita harus menyerah,” kata Majid Ezzati dari Imperial College London, salah satu penulis studi tersebut. Ezzati mengatakan bahwa negara harus fokus untuk terus mengurangi tingkat merokok, agresif mengontrol tekanan darah, dan meningkatkan kebiasaan makan.

Ezzati mengatakan negara-negara berkembang seperti Iran dan Afrika Selatan telah menyiapkan sistem nasional untuk memantau kesehatan ibu dan anak. Model yang baik ini bisa menjadi inisatif untuk membantu menjaga faktor risiko stroke, seperti pengecekan tekanan darah tinggi.

Ezzati dan rekan-rekannya menemukan angka kematian akibat stroke turun 37 persen di negara maju dan 20 persen di negara berkembang, terutama karena diagnosis dan pengobatan yang lebih baik.

Terendah di Afrika
Tingkat penyakit stroke tertinggi di Asia Timur, Amerika Utara, Eropa, dan Australia. Kasus stroker terendah di Afrika dan Timur Tengah–meskipun peneliti mengatakan orang di daerah-daerah ini dapat sekarat karena penyakit lain sebelum mereka sudah cukup umur untuk mengalami stroke.Di AS, para dokter telah mencatat peningkatan stroke yang mengkhawatirkan di kalangan muda dan setengah baya. Sementara, jumlah pasien stroke di kalangan orang tua, justru menurun.

Penelitian yang didanai Yayasan Bill & Melinda Gates ini diterbitkan dalam secara online di jurnal The Lancet.

“Orang-orang muda berpikir stroke hanya masalah orang tua, tetapi kita perlu mendidik mereka,” kata Dr Yannick Bejot dari Rumah Sakit Universitas Dijon di Prancis, yang ikut menulis mengomentari laporan ini.

Dia menambahkan, penggunaan obat-obatan terlarang seperti ganja dan kokain juga meningkatkan kemungkinan stroke.”Jika orang-orang muda mengerti betapa lemahnya jika terserang stroke, mungkin mereka akan mengubah perilaku mereka,” ujar dia.

Digg This
Reddit This
Stumble Now!
Buzz This
Vote on DZone
Share on Facebook
Bookmark this on Delicious
Kick It on DotNetKicks.com
Shout it
Share on LinkedIn
Bookmark this on Technorati
Post on Twitter
Google Buzz (aka. Google Reader)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *