Setya Novanto mundur bikin dua kubu di Golkar dan PPP ribut lagi

Kasus pelanggaran etik yang dilakukan Setya Novanto terkait perpanjangan kontrak PT Freeport Indonesia berakhir dengan mundurnya politikus Golkar itu dari jabatan ketua DPR. Namun, mundurnya Setya malah membuat perseteruan dua kubu kembali memanas. Tak cuma di Golkar, dua kubu di PPP juga ikut-ikutan ribut lagi.

Rapat pimpinan Partai Golkar kubu Munas Bali memutuskan mengganti Setya Novanto dengan Ade Komarudin. Keputusan yang dibuat ketua umum Aburizal Bakrie itu sempat membuat mendapat tentangan dari kubu Agung Laksono yang menginginkan Agus Gumiwang Kartasasmita menjadi ketua DPR. Manuver itu gagal setelah usulan nama pengganti Setya dibacakan saat sidang paripurna penutupan masa sidang DPR pada Jumat pekan lalu.

Perseteruan berlanjut saat Ical kemudian memutuskan Setya Novanto menjadi ketua Fraksi Golkar di DPR. Wakil Ketua Umum Partai Golkar kubu Munas Jakarta, Priyo Budi Santoso menilai keputusan menjadikan Setya sebagai ketua Fraksi Golkar di DPR akan menjadi sorotan publik. Sebab menurutnya pelanggaran etik yang diduga sudah dilakukan Novanto akan berpengaruh negatif.

“Itu keputusan Pak Aburizal Bakrie (Ical), saya tak mau komentar banyak. Meskipun ini seperti menabrak suara mayoritas publik,” kata Priyo di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Selasa (22/12).

Namun menurut Priyo, keputusan Ical tersebut tak bisa dibantah. Sebab yang berhak menempatkan jabatan kader partai adalah Ical sebagai ketua umum. Kubu Munas Jakarta sebenarnya telah mencalonkan Zainudin Amali sebagai ketua fraksi. “Zainudin lebih fresh tidak berkait dengan hiruk-pikuk kegaduhan,” ujarnya.

Terkait perbedaan calon yang diusulkan kedua kubu tersebut, dalam waktu dekat mereka akan berembuk bersama. Hal tersebut guna mendapatkan keputusan memilih Zainudin atau Novanto. “Hari-hari ini, dalam waktu dekat. Bisa di DPP kan haknya kami berdua. Menunggu pihak sana (Ical),” tukasnya.

Djan Faridz laporkan Romahurmuziy ke Bareskrim.( Mdk / IM )