Obama Coba Redam Kemarahan Prancis Soal Penyadapan


Snowden mengungkap penyadapan AS terhadap 70 juta warga Prancis.

Presiden Barack Obama melakukan pembicaraan telepon dengan Presiden Francois Hollande kemarin, membahas terbongkarnya penyadapan Amerika Serikat terhadap puluhan juta warga Prancis. Langkah ini dilakukan demi meredam kemarahan Prancis yang kemarin langsung memanggil Duta Besar AS.

“Presiden dan Presiden Hollande membahas pengungkapan media belakangan ini, yang beberapa isinya mengganggu aktivitas kami dan beberapa lainnya menimbulkan pertanyaan dari kawan-kawan dan sekutu kami soal bagaimana kemampuan ini diterapkan,” ujar pernyataan Gedung Putih, dilansir Reuters, Senin 21 Oktober 2013.

Ketegangan kedua negara ini terjadi setelah harian Le Monde, mengutip data dari Edward Snowden, mengabarkan bahwa badan intelijen AS, NSA, telah menyadap percakapan para pelaku bisnis dan pejabat serta mereka yang dicurigai sebagai teroris.

NSA dikabarkan memantau 70,3 juta percakapan telepon dan jutaan SMS di Prancis hanya dalam kurun 30 hari. Kegiatan berlangsung antara 10 Desember 2012 hingga 8 Januari 2013. Tidak dijelaskan apakah operasi penyadapan bernama sandi US-985D itu masih terus berlangsung atau sudah dihentikan.

Dalam pernyataan Gedung Putih juga dikatakan bahwa kedua kepala negara sepakat menyelesaikan masalah ini melalui jalur diplomatis. AS juga berjanji akan meninjau cara intelijen mereka bekerja. Janji ini sebelumnya telah disampaikan Obama di hadapan Majelis Umum PBB.

“Presiden menegaskan bahwa Amerika Serikat telah mulai meninjau cara kami mengumpulkan informasi intelijen, jadi kami bisa dengan tepat menyeimbangkan masalah keamanan rakyat serta sekutu kami dengan masalah privasi yang dimiliki semua orang,” tulis Gedung Putih.

Peristiwa ini diungkapkan bertepatan dengan kedatangan Menteri Luar Negeri AS John Kerry ke Prancis, membuka turnya ke Eropa membahas Suriah. Berbicara pada reporter di Paris, Kerry menolak berkomentar soal masalah ini.

Sementara itu, Menlu Prancis Laurent Fabius berkomentar keras soal penyadapan AS. Dia menegaskan AS harus memberikan penjelasan dengan gamblang jika tidak ingin kongsi kedua negara pecah.

“Ini adalah praktik yang tidak bisa diterima. Kami memang punya kerja sama yang sangat berguna dengan AS dalam perjuangan melawan terorisme. Tapi bukan berarti kerja sama ini membenarkan semuanya,” kata Fabius.

“Jadi kami menuntut Amerika Serikat memberikan klarifikasi, penjelasan, dan pembenarannya secepatnya,” ujarnya lagi.

Digg This
Reddit This
Stumble Now!
Buzz This
Vote on DZone
Share on Facebook
Bookmark this on Delicious
Kick It on DotNetKicks.com
Shout it
Share on LinkedIn
Bookmark this on Technorati
Post on Twitter
Google Buzz (aka. Google Reader)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *