Sajian kopi barista di tempat yang thematic, romantis
dilaporkan: Setiawan Liu
Bogor, 14 Agustus 2022/Indonesia Media – Barista Doea Tjangkir resto café di Bogor, yang nuansa dan konsep bangunannya ala kolonial mengakui prospek bisnis F&B (food and beverages) karena pelanggan di berbagai kota besar termasuk Jakarta, Bogor dan sekitarnya memilih ‘ngopi’ sambil menikmati suasana thematic, romantis dan pengalaman kuliner. Pengunjung sering membawa keluarga, kolega menikmati sajian di satu tempat yang luas dengan taman terbuka, sehingga cocok untuk berdiskusi, bersantai ataupun bercengkerama antar anggota keluarga. “Ada market (bisnis F&B), pengelola dan barista harus melayani. Tempat ngopi bagus-bagus dengan berbagai atmosphere, suasana. Mereka mau nongkrong, tidak peduli dengan rasa kopi. Tapi saya pribadi, lebih senang membuat kopi yang enak, menyajikan yang terbaik untuk customer,” barista Doea Tjangkir, Ferry Karies (53) mengatakan kepada Redaksi.
Tempat ngopi di Bogor yang satu ini cukup unik. Selain konsep bangunan kolonial, pemiliknya juga memajang berbagai foto hitam putih anggota keluarganya. Bahkan ada juga foto the founding father, Bung Karno di tengah atmosphere perpaduan Chinese, kolonial serta nuansa Sunda. Berbagai ornamen zaman dulu seperti piano tua, radio kuno, sepeda ontel menambah kekhasan atmosphere Doea Tjangkir. “Sedikit (pengunjung) yang datang kesini, (alasan) mau menikmati kopi. Sebagian besar mau menikmati suasananya. Bahkan turis-turis mancanegara sempat mendapat referensi Doea Tjangkir dari Lonely Planet (buku panduan perjalanan dan penerbit media digital terbesar di dunia). Tapi saya pribadi, lebih senang membuat, menyajikan kopi yang enak terutama V60 (V Sixty; seduh kopi yang menggunakan metode pour over). Bahkan saya show bikin V Sixty di depan customers. Saya kadang bercerita mengenai proses (V Sixty), meyakinkan timing (waktu proses) brewing time, (yakni) dua setengah sampai tiga setengah menit,” kata Ferry.
Perjalanan menelusuri ‘filosofi kopi’ Doea Tjangkir, ia yakin bahwa penyajian kopi untuk pengunjung sama benefit nya dengan kegiatan edukasi kopi. Karena pengalamannya sebagai barista dan penjual kopi di pasar Santa Kebayoran Baru Jakarta Selatan, belum banyak masyarakat yang paham mengenai kopi. Pengalaman lain, beberapa pengunjung awalnya tidak tahu, bahkan tidak mau tahu mengenai seluk beluk kopi. Tapi dengan pendekatan dan komunikasi yang baik, barista menjelaskan sekilas mengenai kopi. Setelah mengerti, mereka sangat mencintai kopi. “Setelah customers tertarik dengan kopi, mereka punya pengalaman ngopi. Mereka mulai mau menyeduh kopi sendiri. Sehingga pantry Doea Tjangkir sengaja dibuat terbuka, tidak ada sekat antara barista dengan customers. Hal ini juga membuat suasana dan pengalaman kuliner yang menarik, termasuk pengalaman ngopi,” kata alumni Teknik Informatika Universitas Gunadarma, Depok Jawa Barat. (sl/IM)