Dilaporkan: Setiawan Liu
Jakarta, 28 Oktober 2019/Indonesia Media – Simon Morin (73), putra daerah Biak, provinsi Papua Barat yang sudah lama bergelut di dunia perikanan berharap potensi sektor budidaya laut (marine culture) lebih cepat menggeliat pasca terpilihnya politisi Gerindra, Edhy Prabowo sebagai Menteri Kelautan dan Perikanan (MKP) beberapa hari yang lalu. Edhy juga diharapkan bisa mengoptimalkan teknologi yang dibangun anak Bangsa Indonesia dengan kualitas yang tidak kalah dibanding luar negeri. “Merujuk pernyataan Dirjen Perikanan Budidaya, (bahwa) seakan Bangsa Indonesia belum punya apa-apa. Ia seakan-akan memilih teknologi Norwegia untuk pengembangan budidaya laut di Indonesia,” Simon Morin mengatakan kepada Redaksi.
Potensi laut perikanan budidaya laut di Indonesia mencapai 12,1 juta hektar. Sementara, utilisasinya baru 325.825 hektar atau 2,69 persennya. Peluang teknologi Norwegia menggarap 12,1 juta hektar lahan perikanan budidaya laut terbuka. “Seharusnya, teknologi anak bangsa dikedepankan. Kita punya teknologi terutama KJA (keramba jaring apung) yang dirintis Aquatec di Bandung. Kalau teknologi anak bangsa bisa berkembang, kita tidak perlu lagi mengadopsi teknologi luar negeri,” tegas politisi Partai Golkar ini.
Sebagaimana proyek Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) yakni KJA di lepas pantai offshore Pangandaran mangkrak baru beberapa hari diresmikan Presiden Joko ‘Jokowi’ Widodo pada Juli 2018. KJA tersebut buatan Norwegia yang ditempatkan pada tiga lokasi, yakni Pangandaran, Karimunjawa dan Sabang. KJA rusak parah akibat dihantam derasnya arus laut dan ombak. Banyak para ahli menilai kesalahan fatal pemilihan lokasi wilayah untuk KJA Offshore buatan Norwegia. “Alangkah baiknya kalau KKP tidak lagi mengulangi kesalahan. Indonesia harus mulai dari sekarang, dan bangkit kembali setelah stakeholders (perikanan) sempat terbelit dengan berbagai peraturan yang dibuat menteri sebelumnya. Ekspor, pasokan bahan baku sempat terhambat,” kata mantan anggota DPR RI fraksi Partai Golkar (empat periode; 1992 – 2009).
Ia juga optimis terhadap potensi sektor perikanan di wilayah perairan Papua dengan mengedepankan sektor budidaya laut. Indikasi overfishing (penangkapan ikan eksploitatif) sudah mencapai tingkat yang mengkhawatirkan. Sumber daya alam hilang, laju pertumbuhan populasi ikan cenderung lambat. Inisiatif masyarakat untuk perikanan berkelanjutan juga terus digiatkan di kepulauan Padaido (sebelah utara pulau Papua). Pantai yang putih dan lembut, kepulauan Padaido yang terletak di sebelah timur pulau Biak juga potensial untuk budidaya laut. Selain kerapu, lobster, budidaya juga terbuka untuk jenis kepiting ketam kenari yang digemari pecinta kuliner di berbagai kota besar termasuk Jakarta. Resto high class di Grand Indonesia (Jakarta Selatan) menyajikan menu ketam kenari, jenis kepiting kelapa karena makannya kelapa. Selain potensi penangkapan tuna, (kondisi geografis Biak) langsung berada di bibir Samudera pacific. Kita berdiri di tepi pantai, hamparan laut tiada bertepi di depan mata. “Kepulauan Padaido Biak merupakan taman wisata alam, sebagai sumber ikan karang. Kami juga terus menawarkan potensi Padaido terutama hasil budidaya laut kepada investor asing,” tegas Simon. (sl/IM)
Gudang tempat membuat es dan refrigerator harus disediakan pemerintah untuk menampung hasil tangkapan nelayan. Karena tidak tersedia, banyak pedagang nakal mengawetkan ikan dengan formalin. Kementrian kesehatan melalui bpom dan kementrian perdagangan harus lebih sering merazia pasar2, banyak produk berformalin beredar. Kalau tidak sanggup merazia, bisa ditenderkan ke swasta untuk merazia pedagang pasar.