Pengembangan Tanaman Organik Dongkrak Harga Ekspor
dilaporkan: Setiawan Liu
Karo Sumut, 11 Januari 2021/Indonesia Media – Pertanian organic di kecamatan Kaban Jahe, kabupatan Karo Sumatera Utara (Sumut) semakin meningkat, baik yang berasal dari kebun atau luar kebun. Sehingga lahan seluas sekitar setengah hektar milik petani di Kaban Jahe memanfaatkan kotoran ternak, kompos sisa tanaman, dan lain sebagainya. Petani mengelola ternak 100 ekor ayam untuk pupuk kandang, potensial untuk sekitar seribu pohon vanili, dan tanaman pisang cavendish. “(100 ekor ayam) sudah cukup. Kami memanfaatkan bahan organic sebagai pupuk, hampir 100 persen. Kalau beli di luar, (harga) hanya sekitar satu juta rupiah untuk 16 kali penggunaan. Kami bikin sendiri pupuk (berbahan organic) dari nanas, pisang, limbah-limbah termasuk cucian beras, kulit telur (sumber kalsium),” kata petani di Kaban Jahe, Marudin Simon Sembiring kepada Redaksi.
Lahan ditanami vanili, pisang Cavendish, kopi di atas lahan seluas kira-kira setengah hektar. Semua zat pengatur tumbuh diseleksi, terutama pemupukan. Simon membuat sendiri, memanfaatkan kompos sisa tanaman seperti pangkal pisang, nanas dan lain sebagainya. Kalaupun ia harus membeli di luar, harganya relative terjangkau. Ternak ayam bersebelahan dengan lahan perkebunan. “Kalau beli, satuannya drum (berkapasitas 150-200 liter, bio urine). Harga hanya sekitar Rp 200 ribu untuk jatah (penggunaan) selama satu tahun. Harga vanili juga bernilai tinggi sekarang ini, terutama pasar ekspor. Vanili basah, harganya Rp 600 ribu per kilo. Kalau kering, Rp 3,5 juta per kilo,” kata mantan Pegawai Negeri Sipil BPN (Badan Pertanahan Nasional).
Sebagaimana tren masyarakat dunia, yakni kesadaran akan bahaya dan dampak negative penggunaan bahan kimia sintetis pada produk pertanian. Sehingga masyarakat memilih berbagai bahan pangan yang aman bagi kesehatan plus ramah lingkungan. Gaya hidup ‘back to nature’ semakin menggeser pola hidup lama yang mengandalkan bahan kimia non alami seperti pestisida kimia sintetis, pupuk anorganik. “Penjualan vanili potensial meningkat 30 persen untuk pasar ekspor. Tapi produknya harus bersertifikasi produk organic. (hasil panen) diuji (laboratorium) Sucofindo (perusahaan yang memeriksa, mengawasi, menguji). Kalau sudah teruji, Sucofindo menerbitkan sertifikat. Masyarakat semakin berorientasi pada hidup sehat dengan mengonsumsi makanan sehat, bermutu,” kata lulusan tahun 1983 Fakultas Peternakan IPB Bogor. (sl/IM)