Penanaman Sorgum Secara Masif Ubah Kebijakan Impor Tepung
dilaporkan: Setiawan Liu
Sungailiat, 7 Oktober 2020/Indonesia Media – Petani sorgum di pulau Bangka cenderung fokus pada pengolahan bagian batang sebagai bahan baku nira (cairan yang manis) gula cair, gula Kristal, gula batok bahkan untuk tepung yang notabene kebutuhan pokok, dan masih sangat ketergantungan impor dari luar negeri, termasuk Amerika. Sehingga kalau penanaman sorgum di Indonesia bisa berlangsung intens dan massif, kebijakan impor Pemerintah Indonesia terutama untuk tepung, gula bisa berubah. “(petani sorgum) bisa bantu ubah kebijakan pemerintah mengenai impor tepung. Sehingga kami fokus pada pengolahan batang saja untuk hilirisasi. Secara umum, tanaman terdiri dari batang, akar, daun, buah, bunga. Akar sorgum juga bisa diolah jadi herbal. Tapi kami mau fokus pada batang dulu,” Sujadmoko dari Indonesia Cerdas Desa (ICD) Forum provinsi Bangka Belitung (Babel) mengatakan kepada Redaksi.
Ia meyakini hasil olahan sorgum terutama untuk tepungnya, berdampak pada penurunan impor. Selama ini, pemerintah Indonesia menghabiskan puluhan triliun rupiah hanya untuk impor tepung. Kebutuhan sehari-hari seperti kecap, ingredients gula, kedelai, sari tepung bisa terpenuhi dari olahah sorgum. Untuk kecap saja, yang sangat popular untuk lidah orang Indonesia bisa dibuat dari tepung sorgum dengan campuran yang minim. “Proses fermentasi juga sedikit, dan langsung jadi kecap. Kalau tepung sorgum sudah berhasil dimanfaatkan untuk kecap, otomatis mengurangi jagung (sebagai bahan baku) dengan serelia jagung,” kata Sujadmoko.
Peralatan pengolahan relative sederhana, bahkan rendemen hanya sekitar 10%. Mesin dan peralatan untuk membuat gula dari sorgum sudah berlangsung di pulau Bangka, Lampung Timur dan beberapa daerah di pulau Jawa. Batang sorgum diperas untuk mendapatkan niranya. Batang sorgum juga mengandung unsur bioethanol atau kecap. “Sehingga ICD di daerah-daerah tersebut (Lampung Timur, Sumatera Selatan) terus membahas, menjajaki kerjasama dengan perusahaan untuk berani mengambil langkah ke depan, (yakni) pengolahan batang sorgum. Sehingga pemerintah tidak terus menerus ketergantungan impor tepung-tepung dari luar negeri,” tegas Sujadmoko.
Pengolahan tanah untuk tanam sorgum, khususnya di pulau Bangka juga efisien. Lahan-lahan tanah untuk penanaman potensial di lokasi transmigrasi di kabupaten Bangka Selatan. Kondisi existing, lahannya selama ini diolah terus menerus sehingga subur dan bisa langsung penanaman. Lahan kosong atau marginal di pulau Bangka terutama kolong-kolong bekas penambangan timah. “Lahan perkebunan yang sudah ‘mati’ yang dulu untuk lada, sawit, karet, ubi kasesa, bisa diganti dengan sorgum. Kami sudah memetakan, ada tiga daerah, (yakni) Bangka Tengah, Sungailiat dan Bangka Selatan,” tegas Sujadmoko. (sl/IM)