Sebagian besar warga negara Indonesia tentu tidak asing dengan nama-
nama Imam Bonjol, Pangeran Diponegoro, Teuku Umar, Jenderal Soedirman, dll.
Tetapi di satu sisi, tidak dapat dipungkiri bahwa banyak juga dari antara kita bahkan
masyarakat Papua sendiri yang tidak mengetahui para pahlawan Indonesia yang
berasal dari Papua. Untuk itu dalam tulisan ini saya ingin mengharumkan nama
mereka dan memperkenalkan mereka kepada segenap masyarakat Indonesia agar
kita mampu menyadari betapa berharganya dan pentingnya menjaga keutuhan
NKRI dari ancaman separatis, serta untuk menunjukkan betapa perjuangan meraih
kemerdekaan dan mempersatukan seluruh nusantara dari sabang sampai merauke
telah banyak menumpahkan darah mulia para pahlawan termasuk pahlawan
dari Papua untuk mempertahankan dan memperjuangkan kemerdekaan NKRI.
Pahlawan-pahlawan Papua tersebut antara lain.
Marthen Indey yang merupakan mantan anggota polisi Belanda. Putra
Papua kelahiran 14 Maret 1912 di Doromena, Hollandia (sekarang Jayapura),
ini pernah ditugaskan untuk mengawasi para pejuang kemerdekaan Indonesia
yang dibuang ke Digul. Dari sanalah muncul rasa nasionalisme Marthen Indey.
Bersama 30 orang temannya, dia merencanakan penangkapan aparat keamanan
Belanda, namun sayang rencana ini diketahui oleh pihak Belanda, akibatnya ia
pun dipindahtugaskan ke daerah terpencil di hulu Sungai Digul. Ketika Jepang
berhasil menduduki Hindia Belanda saat Perang Dunia II, Marthen Indey ikut pergi
bersama pemerintahan pengasingan Hindia Belanda menuju Australia. Tahun
1944, ia kembali ke tanah air bersamaan dengan datangnya pasukan Sekutu.
Bulan Oktober 1946, Marthen Indey menghubungi para tokoh Maluku yang pro
kemerdekaan. Karena sering berkomunikasi dengan kelompok pro RI di Ambon,
ia ditangkap dan dipenjara oleh Belanda. Namun semangatnya tak pernah padam.
Bulan Januari 1962, ketika Operasi TRIKORA dilancarkan, Marthen Indey menyusun
kekuatan gerilya serta membantu penyelamatan anggota-anggota RPKAD (Resimen
Pasukan Komando Angkatan Darat) yang diterjunkan untuk membebaskan Papua
Barat. Ia diangkat sebagai anggota MPRS terhitung dari tahun 1963 hingga 1968
setelah Papua Barat resmi bergabung ke dalam wilayah Indonesia. Marthen Indey
meninggal dunia pada tanggal 17 Juli 1986 di usia 74 tahun.
Silas Ayari Donrai Papare, seorang mantan pegawai pemerintah kolonial
Belanda asal Serui, Kepulauan Yapen, ikut memerjuangkan kemerdekaan Papua
dengan gigih hingga ia dipenjara di Hollandia karena memengaruhi Batalyon Papua
untuk memberontak. Di penjara, pria kelahiran 18 Desember 1918 ini bertemu
Dr. Sam Ratulangi dan dari sana ia berkeyakinan bahwa Papua adalah bagian
dari bangsa Indonesia. Setelah dibebaskan, bersama putra Papua berdarah
Tionghoa, Yakop Thung Tjing Ek, ia membentuk PKII (Partai Kemerdekaan
Indonesia Irian) pada tahun 1946. Ketika dikejar oleh aparat keamanan Belanda, ia
bersama keluarganya meninggalkan Serui, kota kelahirannya, menuju Yogyakarta.
Di Yogyakarta, Silas Papare tetap aktif memerjuangkan pembebasan Papua
dengan mendirikan Badan Perjuangan Irian. Diangkat oleh Presiden Soekarno
menjadi anggota MPRS, di depan sidang MPRS bulan Maret 1967 Silas Papare
berpidato :“Kami orang-orang Papua hanya menghendaki kehidupan yang lebih
baik.” Hal ini menunjukkan keyakinan kuat Silas Papare bahwa Papua adalah bagian
sah dari RI. Silas Papare menghembuskan napas terakhirnya pada tanggal 7 Maret
1978. Kutipannya yang terkenal adalah “Jangan sanjung aku, tetapi teruskanlah
perjuanganku.”
Frans Kaisipo yang telah berjuang sejak masa-masa kemerdekaan RI.
lahir di Wardo, Biak, 10 Oktober 1921. Pada usia 24 tahun, ia mengikuti Kursus
Bestuur( Pamong Praja) di Hollandia (Jayapura) yang salah satu pengajarnya
adalah Soegoro Atmoprasodjo yang merupakan mantan guru Taman Siswa
(yogyakarta). Sejak pertemuannya dengan Soegoro Atmoprasodjo, jiwa kebangsaan
Frans semakin bertumbuh dan kian berjuang keras untuk menyatukan Irian (Papua)
kedalam NKRI. Ketika umurnya 25 tahun, Frans menggagas berdirinya Partai
Indonesia Merdeka (PIM) di Biak. Selain itu, pada usianya yang ke-25 tersebut,
Frans menjadi anggota delegasi Papua (Nederlands Nieuw Guinea) yang kala itu
membahas tentang pembentukan Negara Indonesia Timur (NIT) dalam Republik
Indonesia Serikat (RIS), dimana pada saat itu Belanda memasukkan Papua dalam
NIT.
Tindakannya yang sangat teguh menyatakan bahwa Papua merupakan bagian dari
Nusantara Indonesia, menjadikan dirinya “dipinggirkan” oleh pemerintah Belanda
karena hingga setelah proklamasi kemerdekaan Indonesia, pemerintah Belanda
masih bersikukuh menjadikan Papua sebagai wilayah koloninya. Pada 1940-an,
Frans Kaisiepo pernah menjadi Kepala Distrik d Warsa, Biak Utara dan menjelang
dekade 1940an, ia sempat mengusulkan diri agar Irian (Papua) masuk ke dalam
wilayah Karesidenan Sulawesi Utara. Beberapa waktu setelah pengusulan itu, ia
dipenjara dan diasingkan oleh Belanda.
Johanes Abraham Dimara lahir di desa Korem Biak Utara pada tanggal 16
April 1916. Ia adalah putra dari Kepala Kampung Wiliam Dimara. Dimara membantu
perjuangan RI. Sempat ditangkap dan dipenjara bersama para pejuang Indonesia
lainnya. Tahun 1949, setelah penyerahan kedaulatan, bergabung dengan Batalyon
Patimura APRIS dan ikut dalam penumpasan RMS. Dimara adalah salah seorang
pejuang yang ikut dalam pembebasan Irian Barat. Dirinya adalah anggota OPI
(Organisasi Pembebasan Irian Barat). Pada tanggal 20 Oktober 2000 di Jakarta ,
Johanes Dimara tutup usia.
Marthen Indey, Silas Papare, dan Frans Kaisiepo ditetapkan sebagai
Pahlawan Nasional pada tanggal 14 September 1993 sedangkan J. A. Dimara
baru ditetapkan pada tanggal 11 November 2010. Masih ada banyak lagi pejuang
asal bumi Cendrawasih yang memerjuangkan penyatuan Papua ke dalam NKRI.
Ada Lukas Rumkorem, Stevanus Rumbewas, Petrus Wattebossy, Petero
Jandi yang dihukum mati oleh pemerintah kolonial, dan lain sebagainya. Beberapa
di antara mereka patut menyusul ditetapkan sebagai Pahlawan Nasional. Untuk
meneruskan perjuangan para pahlawan yang telah berhasil merebut tanah Papua
dari tangan penjajah Belanda, mari kita bersatu padu untuk memajukan tanah Papua
menjadi tanah yang aman, damai dan sejahtera. Membantu pemerintah Indonesia
untuk meningkatkan kesejahteraan, ketentraman lahir dan batin secara dinamis.
Dimana pemerintah telah membuat mekanisme baru pengelolaan pembangunan
yang terencana baik jangka panjang, jangka menengah dan jangka pendek yang
menitikberatkan pada program prioritas utama yaitu pendidikan, kesehatan, ekonomi
kerakyatan dan insfratruktur.
begitu banyak Para Pahlawan Pejuang dari Bumi Papua yang hidup mati untuk Papua, tapi hingga hari ini Papua masih Kurang diperhatikan masih jauh dari Sejahtera