Ternyata Mantan President Almarhum Abdurrahman Wahid, Gus Dur,
adalah keturunan Tanglang yaitu orang Hokkian. Kebenarannya telah jelas
berdasarkan berulang kali beliau mengungkapkannya didepan publik dunia,
bahwa dia keturunan Muslim Tionghoa.
Setelah pernyataannya didepan mahasiswa Universitas Beijing pada
tahun 1999, dengan seketika telah menimbulkan banyak skepticism atas
kebenarannya. Demi penghargaan kepada keturunan diaspora Tanglang yang
menjabat kedudukan tertinggi disalah satu negara terbesar didunia, segera
pusat meminta daerah Hokkian untuk melandaskan penyelidikan intensip,
dan diketemukan epicenter-nya berdasarkan keterangan yang diberikan
oleh Gus Dur, bahwa, leluhurnya bernama Tan Kiem Han asal Hokkian dan
ikut Laksamana Cheng Ho dalam armadanya ke Lambri Aceh kurang lebih
600 tahun lalu. Tiga tahun kemudian, mewujudkan beliau berkunjung ke-
Quanzhou Hokkian untuk menerima penghormatannya.
Alm. Gus Dur di Masjid Ashab, Quanzhou 2003.
Quanzhou terletak di Teluk Zaitun yang merupakan pangkal Jalur Sutra
Maritim sejak abad 8AD. Setelah Islam dikajikan oleh Sahabi Imam Abi
Waqqas bin Al-Harith dan Sahabi Imam Waqqas bin Hudhafah dari
Madinah atas utusan Kalifat Uthman seabad sebelumnya, ratusan ribu
keturuan saudagar yang berasal dari Timur Tengah, Sentral Asia maupun
Gujarat India telah menjadi mualaf Islam sebagai Muslim Tionghoa
disana. Kecamatan Tie-tiam / Chi-dian didekat “ibu kota sepatu Tiongkok”
Kabupaten Jinjiang, Kota Quanzhou dimana letaknya kampung leluhur Gus
Dur, adalah salah satu pusat pemukiman Muslim Tionghoa pada jaman itu.
Laksamana Muslim Tionghoa Mahmud Shamsudin Cheng Ho dalam
pelayaran ke-5 ditahun 1417 singgah di Teluk Zaitun Quanzhou, selain
untuk menunggu angin pasat diachir tahun juga untuk mencari ahli bahasa
Urdu yang merupakan lingua franca disepanjang Jalur Maritim yang
diperlukan untuk misinya ke Teluk Persia. Selain itu dalam kebiasaannya
juga merekrut anak kapal dan saudagar-saudagar yang mau mengikutinya
berlayar ke Samudra Barat (baratnya Aceh), dan kebanyakan pengikutnya
seperti pasukan yang mengawalnya adalah Muslim Tionghoa. Dalam catatan
memoir pelayaran dengan Cheng Ho yang ditulis pada tahun 1433 oleh juru
tulis Ma Huan, mengatakan memang juga singgah di Lambri Aceh setelah
mengunjungi Malaka dan sebelum meneruskan pelayarannya ke Kepulauan
Maladeva. Pada tahun 1413 Cheng Ho pernah ke Lambri, pada saat itu
sudah berpenduduk ribuan Muslim termasuk rajanya.
Kampung Chi-zai (池仔), dusun Shi-chun (仕春), kecamatan Chi-dian (池
店), kabupaten Jinjiang (晋江), kota Quanzhou (泉州), Propensi Fujian /
Hokkian merupakan tanah leluhur Syekh Abdul Qodir al-Shini alias Tan
Kiem Han. Disana terdapat beberapa buku silsilah tulisan tangan dirumah
abu Marga Tan keturunan Mei-xi (梅溪) terbitan tahun 1576 dan dari
keturunan putra sulung garis Chi-zai terbitan tahun 1907. Dikabarkan
moyang mereka datang dari tempat yang sangat jauh dibalik langit, dan
ada 4 bersaudara yang menetap di Mei-xi, dari keturunan putra sulung
mendirikan perkampungan Chi-zai tersebut. Pada zaman permulaan Dinasti
Ming tahun 1383 Tan Kiem Han (陈金汉) nama kecil Tan Lan Cai (陈
兰斋) terlahir disana, sibungsu dari 2 anak Tan Tek (陈德)cabang Chi-
zai. Tan Kiem Han semula adalah seorang guru di Leizhou Guangdong
yang menganut ajaran Islam, menikah dengan marga Kam (甘) tetapi tidak
dikaruniai keturunan anak, kemudian bercerai dengan damai, dan ikut Cheng
Ho berlayar ke Samudra Barat niatnya untuk meninjau Lambri (南勃里),
setelahnya tidak ada kabarnya lagi, maka tidak ada lanjutan dalam catatan
silsilah-silsilah tersebut.
Mengejudkan seluruh warga seketurunan Tan di Chi-zai sewaktu pemerintah
pusat datang menyelidiki silsilah mereka dan achirnya mengetahui bahwa,
keturunan leluhur Tan Kiem Han masih ada dan malah menjadi pimpinan
negara yang sangat membanggakan marganya. Suatu ketika mereka
dipersiapkan untuk menyambut kedatangan Gus Dur dikampungnya, tetapi
ditunggu-tungu tidak jadi muncul disana, sampai sekarang masih merupakan
penyesalan semua warga Chi-zai. Tidak diketahui apa sebabnya, tetapi bisa
diperkirakan karena keadaan daerah itu yang masih tak terpelihara beberapa
tahun lalu, yang tidak memungkinkan pemerintah Quanzhou dan Hokkian
untuk menampilkan kepada tamu agung pimpinan negara seperti Gus
Dur. Sekarang sudah ada kemajuan dan perbaikan, jalan raya dari bandara
langsung melintasi didepan dusun, bangunan rumah abu telah diperbaru,
penghidupan warga Chi-zai telah menjadi makmur, mereka bersukur atas
jasa pengaruh, langsung ataupun tidak langsung, peninggalan dari Mantan
Presiden Gus Dur kepada tanah leluhur, sebagai putra keturunan Chi-zai.
Buku silsila tua cabang Mei-xi dalam tulisan tangan c.1576.
Didepan Rumah Abu, warga seketurunan Tan Kiem Han yang senantiasa menantikan
kunjungan keluarga Presiden Wahib di Chi-zai.
‘Utlub il ‘ilma wa law fis-Sin.
“Strive for knowledge even as far as China”.
Emangnya dulu Gus Dur cuma ngaku-2 keturunan Cina? Nggak ada untungnya jikalau Beliau cuma ngaku-2 keturuan Cina, ya pasti benar Beliau keturunan Cina.
gus dur bukan cina tulen, sebenarnya udah nyampur dianya. Ada darah arab, india, cina. ya, gado-gadolah. Umumnya orang ASEAN sudah bercampur.
Gus Dur keturunan China itu sudah jelas maka dicari asal usul nya, ancestor China, gak bisa disanggah lagi tetap saja Keturunan China bukan Indonesia
@James, Bro..I have to agree with Pengamat’s comment. Trace the history!
Also, if you were born in Indonesia, then you are Indonesian, Period! It’s just different or mixed of ancestors for some South East ASEAN perhaps, especially if you’re not native of the origin , such as Dayak, ambonese,.or Chinese who lives in Mainland China…Hope you’re enlighten!
Peace!
see james, sue with me. Thank’s sue !
ho ho once Sue on your side Pengamat, you are so proud and happy but how many times Sue against you too ??? I believe Pengamat thanks for nothing Sue
each individual has the right they own opinion Pengamat, you cant justified by one only
Okay. You guys…@ James and @pengamat…it’s been nice and quiet ..lately..can we keep it like that,please? I am not trying to wake the lion here…Lets give a fair share comment. We are all Indonesian after all.