Jakarta -Â Selama sepekan ini, telah terjadi dua peristiwa penting. Pertama yang masih hangat terjadi yakni persoalan di Mabes Polri menyusul terbitnya majalah Tempo berjudul Rekening Gendut Perwira Polisi. Memasuki usianya ke-64 pada 1 Juli ini, prestasi gemilang memberantas 
Citra polisi seperti itu melekat di diri Diah, seorang warga. Ia berharap polisi lebih memperbaiki citranya. “Belum seratus persen, masih harus ditingkatkan lagi. Yang jelas jangan ada uang di jalan,” ucap perempuan berkerudung ini. Warga lain yaitu Yunita dan Acil pun cemas bila berhadapan dengan polisi. “Sekarang masih suka asal-asal tilang gitu,” tutur Yunita.
Tapi apapun suara miring masyarakat, optimisme perbaikan citra korps kepolisian pernah
disuarakan. Ia adalah almarhum Hugeng Imam Santoso. Lewat sepak terjang Hugeng, pelaku kejahatan tak berkutik. Bahkan perwira polisi yang terlibat juga dilibas. Meskipun berisiko harus diberhentikan dari jabatan Kapolri. Masyakat kini menanti wujud nyata slogan instituti kepolisian yakni melindungi, mengayomi, dan melayani masyarakat. “Perbaikilah citranya dari sekarang, supaya masyarakat ikut berpartisipasi membantu kepolisian,” kata Agus, warga setempat.
Persoalan penting lain yang menjadi sorotan masyarakat, yakni rencana pemerintah menaikkan Tarif Dasar Listrik (TDL). Kenaikan berlaku mulai 1 Juli ini. Alasannya, demi menyelamatkan kekurangan kebutuhan subsidi sebesar Rp 4,8 triliun.

Rinciannya yakni pelanggan sosial naik 10 persen, rumah tangga 1.300 dan 2.200 volt ampere naik 18 persen. Pelanggan bisnis 12 hingga 16 persen, industri enam hingga 15 persen, pemerintah 15 hingga 18 persen. Sementara untuk kereta api sembilan persen, apartemen 15 persen, dan pelanggan multiguna 20 persen. Satu cara yang bisa diupayakan untuk mengatasinya. Berhemat-hematlah memakai listrik. Setuju? (AIS/liputan6/IM)
















