SEPANDAI-PANDAINYA membungkus niat busuk, baunya akan tercium juga. Aroma bau busuk itulah yang kini berhembus kencang dari Senayan. Bau busuk itu terkait dengan niat Golkar memetieskan keputusan politik skandal Century. Keputusan politik itu sudah final dan telah menjadi dokumen negara. Dalam dokumen itu jelas tertera sejumlah nama yang dianggap bersalah dan karena itu harus bertanggung jawab.
Nama Boediono yang kini wakil presiden dan Sri Mulyani yang sudah mengundurkan diri sebagai menteri keuangan menjadi dua dari banyak nama yang harus bertanggung jawab atas indikasi pelanggaran. Dua orang itu sudah diperiksa Komisi Pemberantasan Korupsi. Seharusnya merupakan tugas DPR untuk mengawal proses hukum atas putusan politik Pansus Angket Century itu. Akan tetapi, apa lacur, Golkar sebagai salah satu partai yang memelopori penolakan kebijakan bailout Century itu justru mulai melunakkan sikap.
Partai berlambang pohon beringin tersebut mengisyaratkan menutup buku atas skandal yang merugikan negara Rp6,7 triliun itu. Inilah isyarat yang menyemburkan aroma bau busuk itu, bahwa Golkar berada di barisan yang menolak bailout Century hanya karena faktor Sri Mulyani.Bukan rahasia lagi Sri Mulyani berseteru terbuka dengan Aburizal Bakrie, bos Partai Golkar. Secara terbuka Sri Mulyani mengungkapkan bahwa Pansus Angket Century yang membidik dirinya bermuatan dendam Aburizal terhadapnya
Aburizal, mantan menko kesra, menurut Sri Mulyani jengkel ketika dirinya sebagai menteri keuangan pada akhir 2008 tidak menghentikan perdagangan saham di bursa sewaktu saham-saham, terutama saham Bumi milik Aburizal, merosot tajam. Masih menurut Sri Mulyani, Aburizal dendam karena Sri Mulyani waktu itu meminta sejumlah eksekutif kelompok Bakrie dicekal karena menunggak royalti batu bara triliunan rupiah. Kini, semua menjadi terang benderang bahwa Golkar ikut-ikutan menolak bailout Century hanya karena kepentingan balas dendam. Alasan yang mencerminkan sikap yang buruk, sangat buruk.
Harus tegas dikatakan bahwa Golkar tidak bisa seenak udelnya mengubah sikap hanya karena Sri
Mulyani sudah mengundurkan diri sebagai menteri. Jarum jam penyelesaian Century tidak bisa diputar balik. Penyelesaian hukum atas kasus Century adalah pilihan terbaik untuk kepentingan semua pihak termasuk Boediono dan Sri Mulyani. Bukankah mereka sudah divonis bersalah lewat sebuah proses politik?
Pemulihan nama baik mereka hanya bisa dilakukan lewat proses hukum. Karena itu, kita yakin, Boediono dan Sri Mulyani pun berkepentingan dengan proses hukum yang sedang berjalan dalam rangka memulihkan nama baik mereka. Mereka mestinya juga tidak mau kasus Century dipetieskan.
Perubahan sikap Golkar itu patut dicurigai sebagai alat tawar-menawar untuk mendapatkan kursi menteri keuangan yang akan ditinggalkan Sri Mulyani. Jika itu yang terjadi, Golkar pantas disebut musang berbulu domba(mediaindonesia/IM)