Masyarakat Bandung Tetap Santun Sebelum dan Sesudah Kerusuhan Agustus Lalu
dilaporkan: Liu Setiawan
Bandung, 11 September 2025/Indonesia Media – Tokoh masyarakat keturunan Tionghoa, Djoni Toat menilai masyarakat di Bandung bisa beriringan dengan adat istiadat, memiliki tata krama serta sopan santun tinggi sebelum dan sesudah kerusuhan selama tiga hari (29 – 31 Agustus) serta aksi massa yang membakar rumah-rumah, mobil, beberapa gedung. “(kerusuhan akhir Agustus) Itu merata, bukan di Bandung saja. selain, (kerusuhan) motifnya politis terutama kebijakan pemerintah pusat yang tidak mengantisipasi dampaknya terhadap masyarakat kelas bawah,” kata Djoni Toat melalui sambungan telepon.
Kerusuhan di Bandung juga jauh dari nuansa rasialis. Kendatipun Bandung juga terkena dampak kerusuhan Mei 1998 yang lalu, tapi relative sedikit. Setiap daerah termasuk Bandung punya kekhasan. Pembauran Tionghoa di Bandung juga masih terjaga, termasuk ketika masa covid (awal 2020 – 2023). Ia menilai kerusuhan pada akhir Agustus tidak semuanya warga Bandung, tapi sebagian besar dari pinggiran. “Hal yang paling penting, pemerintah pusat jangan sampai menerbitkan peraturan terutama perpajakan yang berdampak luas terutama untuk masyarakat kelas bawah. Karena peraturan perpajakan tersebut, akhirnya harga-harga kebutuhan terdongkrak naik termasuk beras. Hal ini yang memicu amuk massa,” kata
Jiwa nasionalis dan persaudaraannya sebagai tokoh masyarakat juga tak perlu diragukan. Ia memilih menjadi mualaf mengikuti dan melanjutkan jejak sang ayah, almarhum Ayahnya, H. Muhammad Amin Muljadi. Ayahnya ini dikenal sebagai tokoh pembauran di Jawa Barat. Sang ayah, datang dari etnis Tionghoa yang berhasil memperkuat semangat persaudaraan. Dia juga tercatat sebagai pendiri Keluarga Persaudaraan Islam (KPI) Jabar. Ia aktif di berbagai organisasi Tionghoa termasuk PSMTI, Perhimpunan Inti, YDSP, Yayasan Hakka dan lain sebagainya. “Masing-masing (organisasi Tionghoa) tidak berdiri sendiri. Artinya, mereka saling bersinergi dan tidak saling sikut-sikutan. Organisasi Tionghoa di Bandung juga lintas agama, termasuk Muslim Tionghoa seperti saya jadi pengurus inti,” kata laki-laki yang berprofesi sebagai pengacara. (LS/IM)