Cina atau Tionghoa ?
Partisipasi Tionghoa dalam kemerdekaan
Republik Indonesia:
Brigjen T. Jusuf |
Dengan adanya aktivitas THHK dan badan
badan yang sejenisnya (Cung Hwa Cung Hwee), dan terbukti pada
tahun 1911 Dr. Sun Yat Sen cs berhasil menggulingkan dinasty dan
menggantikannya menjadi Cung Hwa Ming Kuo, maka secara langsung
dan tak langsung memberikan inspirasi kepada bumiputera untuk
bangkit menggalang kesatuan nasionalis. Maka semangat
Kebangkitan Nasional dalam organisasi Boedi Oetomo yang di
cetuskan oleh Dr. Soetomo, Dr. Tjipto Mangunkusumo dan Dr.
Gunawan sejak 20 Mei 1908, menjadi tambah menggebu gebu, disusul
dengan Soempah Pemoeda (1928).
Tan Joe Hok |
Golongan Tionghoa turut memfasilitasi
terjadinya Soempah Pemoeda, terbukti dari dihibahkannya gedung
Soempah Pemoeda oleh Sie Kong Liong, dan ada beberapa nama dari
kelompok Tionghoa sempat duduk dalam kepanitiaannya itu, antara
lain Kwee Tiam Hong dan tiga pemuda Tionghoa lainnya (baca
tulisan-tulisan di Sinergi Bangsa edisi-34 hal 32). Sin Po
sebagai koran Melayu Tionghoa juga sangat banyak memberikan
sumbangan dalam menyebarkan informasi yang bersifat nasionalis.
Terbukti lagu Indonesia Raya yang diciptakan oleh WR. Supratman
pertama kali di publikasi oleh Koran Sin Po. Djiaw Kie Siong
memperkenankan rumahnya di pakai untuk rapat mempersiapkan
kemerdekaan oleh Bung Karno dan Bung Hatta pada tanggal 16
Agustus 1945. Di Badan Penyelidik Usaha Persiapan Proklamasi
Indonesia (BPUPKI) yang merumuskan UUD'45
Benny G. Setiono |
terdapat 5 orang Tionghoa yaitu; Liem Koen
Hia, Tan Eng Hoa, Oey Tiang Tjoe, Oey Tjong Hauw, dan Drs. Yap
Tjwan Bing. Dalam perjuangan fisik sebenarnya banyak pahlawan
dari Tionghoa yang terjun namun sayangnya tidak banyak dicatat
dan diberitakan. Menurut tokoh pengusaha Benny Ardie;
Henry Boen (Wen) |
Tony Wen adalah orang yang terlibat dalam
penurunan bendera Belanda di Hotel Oranye Surabaya. (Bendera
Merah putih biru di robek birunya, lalu dikibarkan lagi sebagai
Merah Putih). Pendapat ini diperkuat oleh keponakan dari Tony
Wen, Henry Boen (Wen) dari Jakarta
Pada 1920-an harian Sin Po memelopori
penggunaan kata Indonesia bumi poetera untuk kata Belanda
inlander yang dirasakan sebagai penghinaan oleh rakyat indonesia
di semua penerbitannya. Langkah ini kemudian diikuti oleh banyak
harian lain. Sebagai "balas budi", semua pers bumi poetera
mengganti kata Tjina dengan kata Tionghoa.
Murbandono |
Juga, para pemimpin pergerakan dan
perjuangan seperti Ir.Soekarno, Drs. Mah.Hatta, Soetan Sjahrir,
Dr Tjipto Mangoenkoesoemo dan lain-lain, dalam percakapan
sehari-hari dan dalam tulisan mereka, mengganti kata Tjina
dengan kata Tionghoa. Para tokoh tersebut sering mengirimkan
tulisan dan artikel di harian-harian Melayu Tionghoa yang mereka
sadari mempunyai tiras dan jangkauan yang lebih luas ketimbang
harian-harian bumi putera. Pada 1931 Liem Koen Hian mendirikan
PTI, Partai Tionghoa Indonesia dan bukan Partai Tjina Indonesia.
(kutipan dari Radio Netherland /Murbandono Hs)
- Ke Halaman -
1 | 2 |
3 |
4 | |