Petani Tetap Optimis di Tengah Kegamangan Usaha Pengolahan Sorgum
dilaporkan: Liu Setiawan
babel, 25 Juni 2025/Indonesia Media – Pelaku usaha pertanian di Sungailiat, Bangka Belitung (Babel) Jones Reguel tetap optimis dengan produk berbasis sorgum untuk diversifikasi dan peningkatan ketahanan pangan, kendatipun ada kegamangan petani dalam memilih antara sorgum dan komoditas lain. “Petani masih sangat ingin menanam sorgum, walaupun ada sedikit kendala terutama hama. Mereka (petani) mau tetapkan harga Rp 4 ribu per kilo sehingga bisa bersaing dengan harga komoditas lain terutama sawit,” Jones mengatakan kepada Redaksi.
Petani local di Babel mempertimbangkan biaya penanaman murah dan usaha yang tidak terlalu sulit untuk pengembangan. Petani lokal melihat kondisi lahan yang potensial digunakan tidak harus lahan yang perlu diolah dengan biaya yg tinggi. Tapi pada kenyataannya, praktik usaha tersebut sangat sulit berkembang di Babel. “Ini menjadi satu kendala yang pastinya penjualan hasil panen petani. sehingga timbul ide saya untuk mengupayakan merakit mesin penyosoh atau pengolahan sorgum pada diri saya,” kata Jones.
Pada awalnya ia membuat satu mesin sosoh pengupas biji gabah menjadi beras sorgum. Dari situ, ia dan beberapa rekan sudah berhasil merakit mesin, walaupun skala kecil dengan kapasitas produksi 80 kg/jam. Keberhasilan tersebut belum cukup, melainkan perlu hilirisasi atau pengembangan berkelanjutan. Selama ini hilirisasi belum maksimal. “Kami masih jual eceran terutama yang menjadi sasaran adalah masyarakat yang sudah mengerti dan mengetahui manfaat beras sorgum untuk kesehatan. Nah ini yang menjadi perbedaan di daerah dan di kota besar sehingga sangat perlu sekali edukasi kepada masyarakat,” kata Jones melalui sambungan telepon.
Metode pengubahan, yakni pola makan dari beras padi ke sorgum. Mindset Masyarakat sudah harus diubah. Sorgum dengan kadar gula yang sangat rendah, sangat dianjurkan untuk penderita diabetes. Tapi hal ini perlu dibarengi dengan edukasi, dan pekerjaan yang tidak mudah. Hal yang significant, perlu bantuan dan kerjasama pelaku usaha, petani sorgum dengan kantor dinas kesehatan, pertanian dan ketahanan pangan. Bentuk Kerjasama, mulai dari kegiatan sosialisasi dan edukasi terutama pemahaman mengenai pentingnya sorgum untuk penderita diabetes. “Edukasi kepada masyarakat luas dan kolaborasi, memungkinkan pengembangan tanaman sorgum di Babel,” kata Jones. (LS/IM)