Petak 6 Glodok, Mau Ubah Image dan Gaet Kawula Muda


Petak 6 Glodok, Mau Ubah Image dan Gaet Kawula Muda

dilaporkan: Liu Setiawan

 

Jakarta, 23 Maret 2025/Indonesia Media – Pecinan Glodok, termasuk pasar-pasar tradisionalnya selalu identik dengan kawasan kumuh, becek, macet, padat penduduk dan lain sebagainya. Sejarah Glodok tidak lepas dari era Belanda terutama ketika pemerintahan kolonial pada tahun 1741, memberlakukan kebijakan keras terhadap komunitas Tionghoa. Salah satunya, Belanda membatasi mobilitas orang Tionghoa dengan kawasan khusus bagi komunitas Tionghoa. Setelah hampir 300 tahun, Glodok tetap identic dengan pecinan. Bahkan ada beberapa ‘cluster’ baru di Glodok, yang sudah tidak lagi pakem Tionghoa melulu. Salah satunya Petak Enam (P6) yang didesain dengan aula luas, langgam arsitektur China, dijejali kios berbagai makanan khas daerah dan hiburan karaoke lagu-lagu mandarin, Indonesia dan barat. Salah satunya, diaspora Indonesia di Amerika, dr. Ibrahim Irawan yang di sela-sela kunjungan P6, ia sempat nyanyi lagu koleksi mendiang Elvis Presley yakni You Don’t Have to Say You Love Me. lokasi P6 Deretan toko obat China yang menyuguhkan aroma khas ketika aku melewatinya, berbagai macam jajanan pasar yang jarang aku temui, dan juga alunan lagu khas negeri tirai bambu pun turut menemani perjalananku sampai ke Petak Enam.

Menurut pengelola P6, selama ini antusias berkunjung dengan berbagai tujuan. Ada yang sekedar cari kuliner, karaoke, atau kumpul-kumpul dengan kerabat. “Petak Enam, image nya tempat yang cocoknya untuk lansia (orang yang berusia 60 tahun ke atas). kalau anak muda, terutama usia belasan tahun, pasti merasa risi,” kata Novrin dari kantor pengelola P6.

 

Ia juga sedang berupaya mengubah image P6 sebagai tempat kongko-kongko lansia. Ia mulai pendekatan dengan berbagai komunitas yang basisnya, anak-anak muda. Selama ini, ketika ia mengajak pentolan komunitas, banyak yang kurang nyaman dengan lokasinya. Selain parkir, dan macet, kuliner P6 lebih banyak Chinese food. “Mulai bulan lalu, sudah ada beberapa outlet yang menjual makanan non-Chinese food, seperti fried chicken Yeye milik pak Sunardi. Harganya juga terjangkau. Bahkan ada pengunjung yang spontanitas merayakan hari ulang tahun, dengan biaya terjangkau,” kata Novrin.

 

Sementara, komunitas yang sudah pernah mengadakan kegiatan di P6, antara lain Perhimpunan INTI (Indonesia Tionghoa), Ikatan Pemuda Tionghoa Indonesia, diskusi informal caleg (calon legislatif) Tionghoa dan lain sebagainya. “Saya mau kolaborasi dengan EO (event organizer) yang bisa gaet kawula muda, yang range usianya 17 – 30 tahun,” kata Novrin.

Ia yakin, kendatipun lalu lintas yang menuju Glodok sering macet, tapi ada daya tarik tersendiri untuk masyarakat. tantangan pengelola P6, masyarakat dari wilayah selatan Jakarta mulai tertarik berkunjung. Selama ini, masyarakat di selatan Jakarta biasanya tidak lepas dari kawasan perbelanjaan Blok M dan sekitarnya, termasuk Melawai. Pada era 1990-an, Plaza Blok M menjadi salah satu pusat perbelanjaan terkemuka yang menawarkan berbagai toko-toko ternama, baik lokal maupun internasional. “Tapi banyak hal yang tidak ada di Blok M, tapi adanya di Petak Enam. Misalkan, kalau sedang menapaki trotoar di sepanjang jalan Pancoran, pasti mendengar alunan lagu khas mandarin. Ada juga aroma khas dari toko obat China dan lain sebagainya,” kata Novrin. (LS/IM)

Digg This
Reddit This
Stumble Now!
Buzz This
Vote on DZone
Share on Facebook
Bookmark this on Delicious
Kick It on DotNetKicks.com
Shout it
Share on LinkedIn
Bookmark this on Technorati
Post on Twitter
Google Buzz (aka. Google Reader)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *