Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menilai masyarakat Indonesia belum siap
menghadapi bencana. Padahal bencana di wilayah seperti Indonesia adalah sebuah keniscayaan dan
diprediksi akan terus terjadi di masa mendatang.
Berdasasrkan penelitian tentang kesiapsiagaan masyarakat Indonesia menghadapi bencana pada
tahu 2006, 2012 dan 2013 menunjukkan bahwa tingkat kesiapsiagaan masyarkat dan pemda dalam
menghadapi bencana masih rendah. Akibatnya bencana tidak menjadi roh dalam pembangunan
sektor. Apalagi menyangkut peningkatan kapasitas kesiapsiagaan menghadapi bencana. Indikator
ini juga tercermin dari alokasi dana untuk penanggulangan bencana yang rata-rata kurang dari 0,5%
APBD.
Tingginya intensitas bencana di Indonesia bisa dilihat dari data BNPB. Sejak 1 Januari 2014 hingga
16 Februari 2014, BNPB mencatat terjadi 282 kejadian bencana di Tanah Air. Dampaknya 197 orang
tewas, 64 luka-luka, 1,6 juta jiwa mengungsi dan menderita, puluhan ribu rumah rusak dan lainnya.
Perkiraan awal kerugian dan kerusakan akibatn banjir bandang Sulut Rp 1,87 Triliun, erupsi Gunung
Sinabung Rp 1 Triliun, banjir Pantura Rp 6 Triliun, banjir Jakarta Rp 5 Triliun dan lainnya.
Perlu pendidikan penanggulangan bencana yang lebih baik, agar masyarakat tidak gagap
menghadapi bencana. Mereka akan lebih siap dan tahu harus berbuat apa untuk menghadapi
bencana yang sewaktu-waktu dapat terjadi.
Oleh karena itu, bencana merupakan tantangan dan urusan bersama. Pemerintah dan Pemda
menjadi penanggung jawab utama. Pengurangan risiko bencana harus dijadikan prioritas.
Menghimbau kepada semua pihak bahwa kesiapsiagaan menghadapi bencana sebagai investasi
penting untuk pembangunan.