Hari ini, pelemahan nilai tukar rupiah kembali mencatat rekor sejak krisis 1998. Mengutip data Bloomberg, nilai tukar rupiah pada sore ini, Selasa (11/8/2015), di pasar spot berada di posisi Rp 13.607 per dollar AS. Ini merupakan level terendah sejak 1998 silam.
Bank Indonesia sebagai stabilisator rupiah memberikan penjelasan mengapa nilai tukar mata uang Garuda itu melemah cukup dalam hari ini. Menurut BI, melemahnya rupiah disebabkan tekanan eksternal, terutama karena keputusan Tiongkok melemahkan mata uangnya.
“Pergerakan rupiah hari ini terjadi karena keputusan Pemerintah Tiongkok melakukan depresiasi dengan melebarkan currency band,” ujar Dewan Gubernur Senior Bank Indonesia Mirza Adityaswara di Balikpapan, Selasa.
Menurut Mirza, keputusan Tiongkok tersebut dilakukan dalam rangka mendorong ekspor negeri Tirai Bambu itu sehingga lebih kompetitif. Saat ini, negara pesaing dagang Tiongkok, yaitu Jepang, Korea, dan dari negara Eropa, mengalami depresiasi mata uang yang cukup besar sehingga barang ekspor mereka menjadi lebih murah.
Dampak kebijakan Tiongkok itu tak hanya menekan rupiah. “Pengaruh dimaksud terhadap rupiah tidak sebesar pengaruh yang terjadi pada dollar Singapura, won Korea, dollar Taiwan, dan bath Thailand,” kata Mirza.
Meski begitu, BI menyakini bahwa tekanan dari Tiongkok itu hanya bersifat sementara. Bank sentral Indonesia itu pun mengatakan akan terus ada di pasar untuk memantau pergerakan rupiah.
“Kami melihat saat ini rupiah sudah undervalue dan kompetitif terhadap ekspor manufaktur dan mendorong turis masuk ke Indonesia. Bank Indonesia akan selalu ada di pasar dalam rangka menjaga volatilitas rupiah,” kata Mirza.( Trb / IM )