STATISTICS


Ada sebuah pepatah dalam bahasa daerah Hokkien “Khiange ciak gonge, gonge ciak thikong.” Pepatah
yang sudah sangat jarang terdengar, sekalipun diantara mereka masyarakat kecil di Singapur yang masih
menggunakan dialect dalam pembicaraan sehari hari.

Rangkaian kata katanya sederhana, menggunakan tata bahasa pasar, bukan bahasa dinas yang digunakan
oleh para elit, juga tidak mendasarkan teori atau ideology yang muluk muluk yang kabarnya perlu studi
beberapa tahun di sekolah tinggi, baca buku buku tebal tulisan para cerdik pandai baru dapat menyerap
maknanya. Tidak, untuk mencerahi pepatah Hokkien itu tidak perlu begitu.

Namun, kalimat singkat, sederhana dan padat itu cukup bermakna. Diterjemahkan secara umum, kira
kira begini: “Orang pintar selalu mengakali yang bodoh, sedangkan yang bodoh selalu dilindungi oleh
yang Maha Kuasa.” Pepatah ini berupa filsafat yang tumbuh dari kehidupan masyarakat dimana terdapat
adanya perbedaan menonjol antara orang yang beruntung dan tidak beruntung, terlebih pula dalam
lingkungan masyarakat dagang orang Tionghoa perantauan pada pertengahan abad yang lalu. Orang kaya
biasanya dikategorikan sebagai orang pintar yang beruntung, sedangkan orang miskin sebagai bodoh yang
tidak beruntung, dalam kata lain, membedakan antara yang menang dan yang kalah. Pepatah menekan
pada anjuran agar orang jangan lekas putus asa, karena nanti ada yang melindungi, dan bagian untuk jadi
beruntung akan datang sendirinya. Dalam konteks yang lebih meluas, kata “beruntung” dapat diartikan
sebagai berbagai aspek kebahagiaan hidup.

Diantara maraknya warta berita topical issues Wikileaks yang membingungkan, Julian Assange ditahan
sembilan hari di penjara London atas tuduhan dua orang wanita Swedia bahwa mereka mendadak
teringat, ketika melakukan sex satu, dua tahun yang lalu, Assange tidak menggunakan alat proteksi.
Waah, itu salah besar, nah itulah alasan berat yang dipakai sehingga Assange ditahan dan dipenjarakan.
Lalu dilepaskan, tapi ditahan lagi setelah dua jam, dan pada tanggal 17 kemarin rupanya sudah dilepaskan
lagi. Pihak penguasa mengatakan penangkapannya tidak ada hubungannya dengan wire rahasia AS yang
dibocorkan oleh Wikileaks, melainkan dengan terjadinya kebocoran ketika melakukan seks. Alasan anti
climax yang mengejek pikiran orang waras.

Seperti pasang surutnya air laut, topical issues datang dan pergi sama dengan bergantinya jaman dan
perobahan fashion akan selalu ada yang baru yang lebih gawat yang lebih menarik perhatian.

Secara instinct, pepatah Hokkien “Khiange ciak gonge, gonge ciak thikong” kembali menegor ketika
melihat catatan Samaritans of Singapore ( SOS ) bahwa pada tahun 2009 angka bunuh diri di Singapur
telah meningkat 10% disbanding dari tahun sebelumnya. Menurut statistics, kasus kematian bunuh diri
telah meningkat jadi 401 dari 364 dua belas bulan sebelumnya. Yang lebih mengkawatirtan meningkatnya
kasus bunuh diri diantara anak muda berusia 10 hingga 19 tahun. Dalam setahun, kasus dalam kategori
ini meningkat dari 12 hingga 19. Secara keseluruhan dari jumlah angka 401 tersebut 267 adalah laki laki,
yakni doble angka 134 dari kasus perempuan.

Berbagai macam teori telah diajukan bertalian dengan meningkatnya kasus bunuh diri; dari masalah
ekonomi, dampak krismon hingga kurangnya tunjangan moral dalam keluarga dan masyarakat. Juga
teori kenapa kasus laki laki bunuh diri doble angka kasus perempuan. Ya, alasan selalu ada, kalaupun
tidak ada, akan dibikin ada. Tapi apapun alasannya, pepatah Hokkien itu ternyata hanya tepat separuh.
Separuhnya lagi tidak tepat.(IM)

Digg This
Reddit This
Stumble Now!
Buzz This
Vote on DZone
Share on Facebook
Bookmark this on Delicious
Kick It on DotNetKicks.com
Shout it
Share on LinkedIn
Bookmark this on Technorati
Post on Twitter
Google Buzz (aka. Google Reader)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *