Siasat Ekonomi Desa di Bangka Barat terhadap Industri kosmetik, parfum Berbahan Baku Serai Wangi


Siasat Ekonomi Desa di Bangka Barat terhadap Industri kosmetik, parfum Berbahan Baku Serai Wangi

dilaporkan: Setiawan Liu

Bangka, 5 November 2020/Indonesia Media – Dampak pandemic covid-19 terhadap industry kosmetik, parfum, sabun dan sejenisnya, kendatipun tidak terlalu berat tapi harus disiasati karena menyangkut peran strategis roda ekonomi yang bahan bakunya dari tanaman di pedesaan. Salah satunya minyak serai wangi yang digunakan sebagai bahan baku industry kosmetik, parfum, sabun dan lain sebagainya. “Sebelum pandemic, kami rutin kirim ke Jakarta dalam jumlah besar. Tapi sekarang tidak ada lagi pengiriman karena perjalanan Haji dan Umroh tahun 2020 dibatalkan karena pandemic. Banyak pebisnis travel haji dan umrah jual parfum (berbahan baku minyak serai wangi) kepada jamaah dalam bentuk kemasan botol. Banyak Jamaah memanfaatkan,” kepala desa Beruas, Bangka Barat Prov. Bangka Belitung (Babel) Pariyandi mengatakan kepada Redaksi.

Minyak serai wangi sempat booming, banyak dicari untuk bahan baku industri sabun, parfum, kosmetik, antiseptik, aromaterapi, dan sebagai bahan aktif pestisida nabati. Saat ini Indonesia merupakan pemasok minyak serai wangi kedua setelah Tiongkok. Konsumsi minyak serai wangi dunia mencapai 2.000-2.500 ton per tahun sedangkan China memasok 600-800 ton per tahun sehingga masih terbuka peluang untuk Indonesia dapat memenuhi kebutuhan pasar dunia tersebut. “Sebelum pandemic, (pengiriman) rutin sampai 200 botol ke Jakarta. Satu botol seharga Rp 20 ribu, isinya 60 milimeter per kemasan kecil. Fungsi citronela oil (pada serai wangi) untuk atasi kembung, pegal linu juga sehingga dimanfaatkan jamaah,” kata alumni Politeknik Manufaktur Negeri Bangka Belitung

Dengan perkembangan teknologi, minyak serai wangi dapat juga digunakan sebagai bahan baku pembuatan bio-aditif bahan bakar minyak (BBM). Tak hanya itu, tanaman serai wangi juga dapat dimanfaatkan sebagai tanaman konservasi pada lahan kritis, baik untuk penghijauan pada lahan-lahan yang terkena erosi maupun reklamasi pada lahan bekas tambang dan lahan gambut. “Di Desa Beruas, ada tiga kelompok tani. Masing-masing kelompok kelola satu hektar lahan penanaman serai wangi. Satu kelompok terdiri dari lima orang. Berarti, tiga kelompok beranggotakan 15 orang. Petani mandirinya baru lima orang. Kami terus semangati petani tanam serai wangi, sorgum. Sehingga ketahanan ekonomi desa kami bisa jatuh terpuruk akibat pandemic sejak Maret 2020 yang lalu. Pemanfaatan dana desa melalui BUMDes (Badan Usaha Milik Desa) juga diharapkan strategis menggerakan ekonomi desa,” tegas kepala desa Beruas merangkap petani.

 

Pengembangan budidaya serai wangi berlangsung sejak awal 2019. Bulan April, para petani mulai produksi minyak serai wangi. Bahan bakunya masih sedikit pada saat itu karena belum banyak petani tertarik dan tergerak. Sampai hari ini, baru ada lima hektar lahan penanaman serai wangi di Desa Beruas. Tapi ada juga desa-desa tetangga di Bangka Barat yang budidaya serai. Luas lahan desa tetangga juga sekitar lima hektar. “Minyak mentah dikirim ke Pasaman Padang (Sumatera Barat). Ada juga permintaan untuk petani bawang di Jawa Timur, Jawa Tengah yang memanfaatkan minyak mentahnya untuk pestisida,” kata Pariyandi.

Serai wangi sebagai tanaman herbal, juga dimanfaatkan sebagai bumbu dapur dalam berbagai macam makanan. Salah satu bentuk olahan serai yang sering dijumpai adalah minyak. Minyak serai merupakan hasil ekstraksi dari daun dan batang tanaman serai, minyak ini memiliki aroma jeruk yang kuat. Beberapa kandungan nutrisi pada serai yakni kalori, protein, lemak, karbohidrat, asam folat, vitamin B3, vitamin B6, vitamin B2, vitamin B1, vitamin A, vitamin C dan masih banyak lainnya. Sedangkan kandungan atsiri dalam minyak serai dipercaya mampu mengatasi nyeri, masalah pencernaan, hingga menghilangkan stres karena minyak serai juga bisa dijadikan sebagai aroma terapi yang menenangkan. “Terakhir kami kirim ke Pasaman sampai 60 kilogram (dalam bentuk mentah) dengan harga Rp 15.000/kilo. Mereka jual lagi ke luar negeri. Kami kan tidak mungkin tanya berbagai hal termasuk negara pembelinya (dari Pasaman). Kami juga tidak tahu kontrak ekspor dengan perusahaan yang di luar negeri, karena ini kan bisnis,” tegas Pariyandi. (sl/IM)

 

 

 

Digg This
Reddit This
Stumble Now!
Buzz This
Vote on DZone
Share on Facebook
Bookmark this on Delicious
Kick It on DotNetKicks.com
Shout it
Share on LinkedIn
Bookmark this on Technorati
Post on Twitter
Google Buzz (aka. Google Reader)

One thought on “Siasat Ekonomi Desa di Bangka Barat terhadap Industri kosmetik, parfum Berbahan Baku Serai Wangi

  1. Perselingkuhan+Intelek
    November 4, 2020 at 6:08 pm

    bisa disambi ngusir nyamuk dong

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *