Sejumlah Media Massa Dikirimi Peti Mati. Pengirim Peti Mati Masih Jalani Pemeriksaan


JAKARTA – Sejumlah media massa pada Senin (6/6) pagi ini mendapat kiriman sebuah peti mati dan kembang. Perusahaan pers itu adalah Kompas.com, The Jakarta Post, ANTV, Metro TV, Okezone, Detik.com, Tempo, dan Gen FM.
Menurut kalangan media tersebut, kiriman peti mati itu merupakan upaya pengalihan isu, sehingga mereka tidak akan surut dalam pemberitaannya.

Pemimpin Redaksi MetroTV, Elman Saragih, yang dihubungi SH melalui telepon genggamnya, Senin siang, mengatakan, kiriman seperti itu merupakan hal biasa bagi pers, sehingga tidak perlu ditanggapi. “Teror peti mati ini sama seperti SMS gelap yang tidak perlu ditanggapi. Yang pasti, ini teror bagi pers,” tegasnya.

Harian The Jakarta Post adalah yang pertama kali memperoleh kiriman peti mati dan bunga tersebut. Kiriman peti mati beruliskan RIP (Rest in Peace) itu ditujukan kepada Direktur Eksekutif The Jakarta Post, Daniel Rembeth, kurang dari pukul 08.00.

“Paket” barang itu berupa sebuah peti mati ukuran kecil (untuk anak-anak), yang di dalamnya terdapat tulisan “rest in peace soon, you are number 69”, setangkai mawar putih, dan kembang tujuh rupa.

Dikirimkan oleh seseorang menggunakan ambulans putih tanpa nama. Tetapi satpam dan sekretaris Daniel Rembeth yang saat itu menanyakan siapa pengirimnya, tidak memperoleh jawaban.

“Kiriman itu ditujukan pada saya, tapi orang yang mengantarkan ke kantor saya tidak mau mengatakan siapa pengirimnya,” kata Daniel sambil tertawa, ketika dihubungi SH, Senin siang. Kiriman itu sudah tiba di kantornya di Jalan Palmerah, Jakarta, ketika Daniel tiba di sana.

Ia menjelaskan, selain media massa, ada juga beberapa perusahaan swasta yang mendapat kiriman serupa. Oleh karena itu, Daniel menduga ada dua kemungkinan modus kiriman peti mati tersebut. Yaitu sebagai bentuk teror terhadap pers, atau sebagai upaya marketing.

“Tapi kalau ini sebagai cara marketing, seharusnya tidak seperti ini, karena ini sama saja seperti bunuh diri. Kalaupun marketing ini untuk mencuri perhatian, dalam jangka panjang hanya akan jadi bahan obrolan, citra brand-nya jadi buruk,” tegasnya.

Namun, kalau kiriman paket itu dimaksudkan sebagai teror, tidak akan menghentikan pemberitaan dari The Jakarta Post. Kalau ini teror, tidak berhasil, karena The Jakarta Post tidak akan berhenti.

“Tidak ada yang perlu dikhawatirkan. Karena kalau Anda bersikap, bisa saja kan ada yang tidak suka,” lanjut Daniel. Ketika ditanya berita apa yang akhir-akhir digencarkan oleh pihaknya, Daniel menjelaskan, itu adalah berita korupsi di Partai Demokrat, dan bulan lalu menurunkan laporan khusus Partai Keadilan Sejahtera (PKS). Rencananya, The Jakarta Post dan media lain yang memperoleh kiriman peti mati tersebut akan mengadukan persoalan tersebut ke Dewan Pers.

Sementara itu, Wakil Pemimpin Redaksi Kompas, Trias Kunchayono, yang dihubungi melalui pesan singkat telepon selular mengaku tengah berada di Moskwa. Adapun redaksi Detik.com, mendapat kiriman tiga peti mati berwarna coklat. Tiga peti sepanjang satu meter itu dikirimkan oleh seorang kurir yang mengaku peti-peti itu dikirim dari Senayan.

Peti-peti itu ditujukan untuk Pemimpin Redaksi Detik.com Budiono Darsono, Wakil Pemimpin Redaksi Arifin Asydhad, dan Redaktur Pelaksana detikhot Is Mujiarso. Dalam surat tanda terima, kiriman untuk Is Mujiarso tertulis “Mumu Aloha”, yang merupakan nama bekennya di dunia maya. Peti-peti itu diterima sekitar pukul 10.00.

Menurut sang kurir, peti-peti tersebut dikirimkan oleh Sumardi. Namun, si pengantar mengaku tidak tahu siapa Sumardi itu, dan yang ia tahu hanyalah Sumardi berkantor di sekitar Senayan. “Dari Pak Sumardi di Senayan,” kata kurir saat ditanya oleh petugas resepsionis redaksi Detik.com. Salah satu peti itu bernomor 404.

Dari tanda terima, tertulis bahwa peti mati itu dikirim oleh perusahaan Rest in Peace Soon di Unit 166 Jalan Asia Afrika Pintu IX Senayan, Jakarta 10270. Di kolom tanda tangan pengirim tertulis RIP.

Sementara peti mati yang dikirim ke Kompas.com ditujukan kepada Edi Taslim, Direktur Bisnis Kompas. Peti yang dikirim itu berukuran panjang sekitar satu meter. Di dalam peti berwarna coklat itu berisi bunga tujuh rupa.

Sementara peti mati ke ANTV dialamatkan kepada Pemimpin Redaksi ANTV Uni Lubis. “Ok, somebody sending me a box, 1 meter long, a casket inside. Sent by Rest In Peace Soon. I’ts in #ANTV’s office now,” tulis Uni dalam akun Twitter-nya.

Pengirim Peti Mati Masih Jalani Pemeriksaan

[JAKARTA] Hingga siang ini, Sumardy, pengirim peti mati ke sejumlah media dan perusahaan, masih menjalani pemeriksaan di Mapolsektro Tanah Abang. Selain CEO Buzz & Co itu, tiga rekannya juga turut diperiksa.

Sumardy diamankan polisi kemarin pukul 14.00 WIB dan harus menginap untuk dimintai keterangan setelah melakukan aksinya kemarin (6/6). Siang ini baru akan ada kejelasan status hukum Sumardy.

Penulis buku “Rest in Peace Advertising: Kill by The Power of Word of the Mouth Marketing” ini terancam terkena pasal 335 KUHP tentang perbuatan tidak menyenangkan. Polisi belum melihat unsur menebar ancaman atau teror atas ulahnya

Digg This
Reddit This
Stumble Now!
Buzz This
Vote on DZone
Share on Facebook
Bookmark this on Delicious
Kick It on DotNetKicks.com
Shout it
Share on LinkedIn
Bookmark this on Technorati
Post on Twitter
Google Buzz (aka. Google Reader)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *