Samsung Lebih Tertarik Vietnam, Menperin Kecewa


Samsung Electronics menyatakan tidak berniat berinvestasi di Indonesia. Menteri Perindustrian (Menperin) MS Hidayat kecewa dengan keputusan perusahaan telepon pintar asal Korea Selatan (Korsel) itu.

“Samsung memilih Vietnam dan RRT sebagai basis produksi,” ujar Hidayat di Jakarta, Kamis (7/11).

Direktur Jenderal Kerjasama Industri Internasional (TPPI) Kementerian Perindustrian (Kemenperin) Agus Tjahajana mengatakan, keputusan Samsung itu sangat disayangkan mengingat Menperin sebelumnya terus melobi Samsung untuk menanam modal di Tanah Air.

“Saya tidak tahu alasan Samsung memilih Vietnam. Tapi, saya kira sama saja seperti BlackBerry (RIM) yang memilih Malaysia,” kata Agus.

Agus menerangkan, pasar telepon seluler, termasuksmartphone, di Indonesia sangat besar. Namun, mayoritas produk smartpohne masih diimpor. Karena itu, pemerintah agresif mengajak pemanufaktursmartphone global menjadikan Indonesia sebagai basis produksi.

Selain Samsung, pemerintah mengajak pemanufaktur smartphone asal Taiwan, Foxconn, untuk membangun basis produksi. Hingga kini, Foxconn masih berunding mitra lokal untuk merealisasikan investasi.

Agus menambahkan, Indonesia dan Korsel kini sedang bernegosiasi terkait penerapan kerjasama ekonomi komprehensif (comprehensive economic partnership agreement/CEPA). Awalnya, CEPA Indonesia-Korsel ditargetkan disahkan akhir tahun ini.

Namun, Kemenperin memutuskan untuk tidak terburu-buru dalam menyetujui CEPA Indonesia-Korea.

Salah satu penyebabnya, kata Agus, pihak Korsel tidak terlalu tegas dalam menjamin peningkatan investasinya di Indonesia jika CEPA sudah diimplementasikan.

Padahal, Kemenperin menginginkan CEPA menjadi alat untuk memacu investasi pemanufaktur Korsel di Tanah Air. Ini karena kedua negara sepakat menerapkan pasar bebas.

Agus menegaskan, dibutuhkan kebijakan nasional yang jelas untuk mengawal kerja sama liberalisasi perdagangan yang akan diikuti Indonesia. Jika tidak, lanjut dia, pasar yang terbuka akan menjadi pintu masuk bagi barang-barang impor ke pasar domestik.

Proyeksi itu, kata dia, sangat mungkin terjadi, karena kondisi infrastruktur Indonesia masih compang-camping. Apalagi, pada akhir 2015, Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) atau Asean Economic Comprehensif (AEC) akan dilaksanakan.

“Dengan adanya MEA, pemanufaktur global bisa tidak melirik Indonesia sebagai tujuan investasi. Hal itu bisa terjadi jika kalau kita tidak segera memperbaiki iklim investasi,” kata Agus.

Digg This
Reddit This
Stumble Now!
Buzz This
Vote on DZone
Share on Facebook
Bookmark this on Delicious
Kick It on DotNetKicks.com
Shout it
Share on LinkedIn
Bookmark this on Technorati
Post on Twitter
Google Buzz (aka. Google Reader)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *