Menteri Tionghoa Dianugerahi Gelar Wa Ode


Saat menjadi kerajaan, raja pertama yang memimpin Buton bernama Wa Kaaka berasal dari China.

 Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Mari Elka Pengestu, dianugrahi gelar Wa Ode, gelar kebangsawanan masyarakat Buton. Gelar itu diberikan pemerintah dan masyarakat Kabupaten Buton di Pasarwajo, Kabupaten Buton, Sulawesi Tenggara (Sultra), Rabu (21/8).

Gelar itu diberikan untuk memeriahkan Sail Komodo 2013 selama berada di Buton. Gubernur Sultra, Nur Alam, bersama sejumlah pejabat teras setempat dan ribuan masyarakat Buton menyaksikan penyematan selempang tanda kebangsawanan kepada Mari Elka Pangestu oleh Bupati Buton, Syamsu Umar Samiun.

Mari Elka mengaku sangat terharu dan mengapresiasi tinggi atas anugerah kehormatan, Wa Ode. “Saya sangat terharu dan merasa bahagia atas penghargaan ini. Dengan penghargaan ini, saya sudah menjadi bagian masyarakat Buton,” katanya.

Sebagai bagian dari masyarakat Buton, ujarnya, ia bersama masyarakat Buton berkewajiban memajukan dunia kepariwisataan Buton sehingga bisa dikunjungi banyak wisatawan, baik wisatawan demostik maupun mancanegara.

“Sebagai Menteri Pariwisata yang sudah dianugerahi gelar kebangsawanan Buton, saya meminta dukungan masyarakat untuk bersama-sama memajukan kepariwisataan daerah ini, termasuk kepariwisataan Indonesia,” katanya.

Di masa lampau, kata Mari Elka, Buton dikenal sebagai daerah kesultanan termasyhur di Tanah Air, yang bukan hanya dikenal masyarakat Nusantara, melainkan juga masyarakat dunia. Daerah bekas kesultanan ini memiliki keindahan alam dan laut yang cukup fantastis sehingga menjadi salah satu kawasan konservasi dunia.

“Hari ini saya datang menggunakan kostum kebangsawanan Buton, pada kesempatan lain saya akan datang di daerah ini berkostum penyelam, untuk melihat langsung keindahan alam bawah laut di perairan Buton,” katanya.

Raja dari China

Mari Elka mengatakan, banyak mengetahui cerita mengenai sejarah Kesultanan Buton. Saat menjadi kerajaan, raja pertama yang memimpin Buton bernama Wa Kaaka yang konon raja pertama tersebut berasal dari negeri China.

“Kalau cerita ini benar, tentu Buton memiliki ikatan emosional dengan masyarakat China. Sejarah ini akan menjadi daya tarik tersendiri bagi para wisatawan, terutama dari negara China,” katanya.

Nur Alam, saat memberi sambutan, menyatakan apresiasi dan penghargaan yang tinggi kepada Mari Elka Pangestu yang berkenan hadir menyaksikan pagelaran berbagai atraksi budaya Buton dalam rangkaian memeriahkan Sail Komodo 2013.

“Kehadiran Menteri Pariwisata di Buton merupakan awal dari kebangkitan dunia kepariwisataan di Buton. Kita harapkan kunjungan kerja Menteri Pariwisata ini akan menjadi pemicu dan pemacu semangat dalam menggelorakan dunia kepariwisataan di Buton dan Sultra pada umumnya,” kata Nur Alam.

Pada kesempatan menyambut peserta Sail Komodo yang singgah di Buton tersebut, pemerintah dan masyarakat Buton menyuguhkan berbagai atraksi budaya Buton, antara lain Pedole-dole dan Pekande-kandea.

Pedole-dole merupakan tradisi masyarakat Buton mengguling anak balita di atas daun pisang yang dilumuri minyak kelapa. Masyarakat Buton meyakini anak balita yang mengikuti tradisi warisan leluhur tersebut akan kuat berpijak menghadapi tantangan zaman dalam kondisi apa pun.

“Daun pisang yang sudah dilumuri minyak kepala diibaratkan kondisi alam yang licin, sulit dilalului. Namun dengan Pedole-dole masyarakat Buton meyakini seorang anak akan mampu melewati tantangan kehidupan meski harus melewati lika-liku yang cukup berat, licin seperti minyak,” kata budayawan Buton, La Ode Mursali (55) dalam percakapan dengan SH di Buton, Kamis (22/8) pagi.

Adapun Pekande-kandea merupakan tradisi masyarakat Buton menjamu makan tamu-tamu agung atau tamu kehormatan daerah dengan duduk bersila. Setiap tamu kehormatan duduk di depan talang berisi berbagai jenis maskanan, lalu dilayani makan dengan cara disuapi seorang perempuan dewasa.

“Tamu yang dilayani makan hanya menunjuk makanan yang disukai, lalu disuapi oleh perempuan yang menjaga talang berisi makanan. Tradisi ini merupakan kearifan lokal masyarakat Buton yang menghormati dan menempatkan setiap tamu sebagai raja,” katanya.

Digg This
Reddit This
Stumble Now!
Buzz This
Vote on DZone
Share on Facebook
Bookmark this on Delicious
Kick It on DotNetKicks.com
Shout it
Share on LinkedIn
Bookmark this on Technorati
Post on Twitter
Google Buzz (aka. Google Reader)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *