“Harmony Between Two Worlds” Konsep Pengembangan Budaya Indonesia di Los Angeles


Atas-bawah, kiri-kanan, utara-selatan, di kala kita dihadapkan pada dua hal, yang sering kita
lakukan adalah melakukan perbandingan keduanya dan yang tersajikan adalah kedua hal tersebut
bersifat saling bertloak belakang, kontradiksi dan pada akhirnya kita diharuskan untuk memilih satu
diantara kedua hal tersebut. Memilih diantara dua hal yang saling berkontradiksi adalah sesuatu yang
sangat sulit yang banyak pro dan kontranya sehingga kita akan meminimalisir kontra dan memilih hal
yang lebih banyak menguntungkan diri kita. Namun hal yang lebih sulit adalah mengharmonisasikan dua
hal yang sifatnya kontradiktif dengan tetap mempertahankan bahkan melestarikan nilai-nilai tersebut.

Indonesia merupakan sebuah Negara yang beragam. Keberagaman tersebut merupakan sebuah
kekayaan yang dimiliki oleh bangsa Indonesia. Menjadi salah satu tugas utama Konsulat Jenderal
Republik Indonesia di Los Angeles, sebagai perwakilan Indonesia, untuk melakukan promosi budaya
Indonesia di masyarakat setempat dan sekaligus melakukan pelestarian kebudayaan Indonesia bagi
masyarakat Indonesia yang berada di Los Angeles.

Kontradiksi dalam seni dan budaya

Pengembangan budaya Indonesia di Los Angeles terdiri dari dua hal pokok, yaitu promosi dan
pelestarian. Kedua hal tersebut bagaikan dua sisi mata uang. Keduanya harus berjalan beriringan dan
memiliki makna yang penting.

Promosi budaya sangat penting maknanya dikarenakan masih banyak masyarakat setempat
yang belum mengenal dan mengetahui budaya Indonesia. Tantangan tersebut tentunya sangat besar.
Memang angka masyarakat setempat yang mengetahui bahkan mempraktekkan budaya Indonesia, baik
itu seni tari, musik dan lain sebagainya cukup banyak, namun tidak sedikit atau mayoritas masyarakat
Los Angeles yang masih perlu diberikan informasi mengenai kebudayaan Indonesia.

Yang sering dilupakan atau mengecilkan arti adalah pelestarian budaya khususnya bagi

masyarakat Indonesia yang berada di Los Angeles. Sebagaimana diketahui, jumlah masyarakat Indonesia
di Los Angeles merupakan yang terbesar di Amerika Serikat. Namun dari jumlah tersebut, hanya
sebagian kecil yang mengetahui secara mendalam bahkan yang memiliki minat untuk ikut serta di dalam
kegiatan kebudayaan Indonesia. Menjadi sebuah ironi di kala melihat kebudayaan Indonesia dilakukan
oleh orang asing. Di satu sisi menjadi sebuah kebanggaan melihat kebudayaan kita disukai, diminati
bahkan dipraktekkan oleh orang asing, namun disisi lain terdapat kekhawatiran melihat betapa tidak ada
orang Indonesia yang tertarik untuk mempraktekkan budaya sendiri.

Seni dan budaya sendiri merupakan sesuatu yang bersifat dinamis dan bukan statis.
Perkembangan suatu seni dan budaya terus berkembang seiring perjalanan waktu. Di dalam seni dan
budaya itu sendiri dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu tradisional dan kontemporer. Kedua
kelompok tersebut memiliki cara pandang masing-masing dan seringkali tidak dapat ditemukannya
benang merah atau titik temu diantara kedua kelompok.

Dalam mempromosikan budaya Indonesia di luar negeri seperti di Los Angeles, perbedaan akar
dari budaya Indonesia dengan Amerika Serikat sangatlah berbeda. Audience di Amerika Serikat seperti
Los Angeles sangat terbuka dengan kebudayaan dari luar. Namun perbedaan akar membuat perbedaan
cara pandang seseorang terhadap apresiasi seni dan budaya. Budaya Amerika Serikat seringkali di
konotasikan dengan kebudayaan barat sedangkan Indonesia dapat dikelompokkan dengan budaya
timur. Seringkali muncul perbedaan bahkan kontradiksi antara budaya timur dengan barat. Akanlah
sangat sulit buat suatu seni dan budaya masuk ke suatu tempat baru tanpa mengenal seni dan budaya
setempat.

Konsep “Harmony between two worlds”

Melihat kontardiksi di dalam seni dan budaya tentunya menjadi sebuah tantangan untuk dapat
melewati tantangan tersebut. Dalam hal tersebut, KJRI Los Angeles mengembangkan konsep “Harmony
between two worlds”. Konsep ini bukanlah sekedar sebuah slogan semata, namun memiliki arti yaitu
berusaha untuk meminimalisir kontradiksi-kontradiksi yang berkembang di dalam pengembangan
budaya Indonesia di Los Angeles. Konsep ini telah direalisasikan melalui workshop yang telah
dilaksanakan pada tanggal 30 April 2011 dengan melaksanakan Workshop Indonesia Menari: “Harmony
Between Two Worlds” dengan menampilkan penari ternama Indonesia yaitu Didik Nini Thowok.

Konsep “Harmony between two worlds” pertama memilki makna edukasi dan secara parallel
promosi kebudayaan khususnya seni tari. Workshop ini tidak saja mempromosikan seni tari Indonesia ke
khalayak Amerika yang turut serta di dalam workshop tersebut namun juga mengikut sertakan
masyarakat Indonesia yang telah lama tinggal di Amerika Serikat, sehingga dengan mengikuti workshop
ini, akar serta pengetahuan tentang kebudayaan Indonesia khususnya di bidang seni tari diperkuat serta
memperbesar minat warga Indonesia untuk mempelajari budayanya sendiri.

Dengan berpastisipasinya peserta dari Amerika Serikat, workshop ini tanpa disadari telah

menciptakan konektifitas antara Indonesia dengan Amerika Serikat. Melalui media tari, kedua bangsa
telah terjalin di dalam sebuah kesamaan minat yaitu ingin mempelajari seni tari dan tentunya di dalam
proses pelaksanaan workshop tersebut komunikasi dan ikatan emosional diantara para peserta terjalin
yang tentunya diharapkan jalinan itu bisa terus dipertahankan di masa yang akan datang.

Makna ketiga yang bisa diperoleh adalah bahwa Didik Nini Thowok sebagai seniman tidak saja
berhasil mendobrak tembok pemisah antara seni tradisional dengan kontemporer namun berhasil
memadukan antara kedua kelompok seni tersebut yang sering menimbulkan perdebatan. Didik Nini
Thowok tidak saja berhasil untuk tidak memihak terhadap satu kelompok saja, namun karya-karya yang
diciptakan memiliki nuansa kontemporer tapi tidak meninggalkan tehnik maupun karakteristik dari seni
kontemporer. Karya-karya yang tercipta merupakan proses harmonisasi dari dua kutub yang seringkali
berkontradiksi, ia behasil menyatukan dan mengharmonisasikan dua dunia.

Makna yang terakhir dan mungkin terpenting adalah hasil workshop tersebut menarik minat
audience dari Amerika Serikat. Sebuah kebudayaan timur berhasil menggunggah minat dan ketertarikan
dari masyarakat yang berasal dari budaya barat. Hal ini merupakan sebuah tugas yang sangat berat yaitu
mengemas suatu budaya asing dalam sebuah kemasa yang tidak saja diterima tetapi diminati oleh
masyarakat khalayak setempat. Kemasan tersebut secara tidak langsung merupakan hasil kemasan yang
mengharmonisasikan budaya timur dengan nilai-nilai dari kebudayaan barat sehingga dapat diterima
oleh khalayak setempat.

“Harmony between two worlds” yang menjadi tema di dalam workshop Indonesia menari
tentunya bukanlah sekedar tema atau slogan semata. Sebagaimana telah disebutkan sebelumnya,
konsep ini telah berhasil mencapai berbagai tujuan yaitu: menyeimbangkan antara promosi dengan
pelestarian seni dan budaya Indonesia, mempererat dua bangsa Indonesia dengan Amerika Serikat,
mengharmonisasikan antara seni tadisional dengan kontemporer dan mengharmonisasikan budaya
barat dengan timur.

Sehingga tidak selamanya dua hal yang saling berkontradiksi tidak bisa disatukan tetapi menjadi
lebih kuat jika diharmonisasikan. “Harmony between two worlds” merupakan sebuah konsep yang
mengharmonisasikan dua hal yang saling berkontradiksi. Konsep ini akan terus dikembangkan oleh KJRI
Los Angeles melalui bentuk dan media yang berbeda dalam rangka untuk mengembangkan seni dan
kebudayaan Indonesia di Los Angeles.

Fiki Oktanio
Konsul Penerangan, Sosial dan Budaya KJRI Los Angeles

Digg This
Reddit This
Stumble Now!
Buzz This
Vote on DZone
Share on Facebook
Bookmark this on Delicious
Kick It on DotNetKicks.com
Shout it
Share on LinkedIn
Bookmark this on Technorati
Post on Twitter
Google Buzz (aka. Google Reader)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *